Denpasar (Antara Bali) - Ruang gerak pedagang "acung" atau pengasong yang biasa menjajakan patung dan barang cindera mata lainnya untuk wisatawan asing di berbagai objek wisata di Bali semakin terjepit seiring maraknya pusat oleh-oleh atau toko penjual suvenir di sekitar Denpasar, Kuta dan daerah lainnya.
Bermunculannya pedagang cindera mata khas Bali oleh pengusaha di Denpasar dan berbagai kawasan wisata, membuat ruang gerak para pengasong semakin terjepit, tutur Made Nurjana, pengasong barang seni di Pantai Sanur, Rabu.
Wisatawan dalam dan luar negeri yang datang berlibur ke Bali bertambah banyak setiap bulannya, namun kini sangat jarang yang diketahui membeli barang seni atau cenderamata dari para pedagang "acung" di kawasan pantai.
Tamu luar negeri yang jalan-jalan di Pantai Kuta, Sanur maupun di objek wisata Kota Denpasar, jarang mau membeli barang seni lewat pengasong, karena sudah bertebaran toko yang menjual kerajinan "oleh-oleh khas Bali".
Ia yang sudah menggeluti bisnis sebagai pengasong sejak lima tahun lalu, menyebutkan, sejak terjadinya bom Bali 2002, kondisi pengasong semakin kurang menguntungkan, karena turis asing jarang mau membeli barang seni di jalanan.
Apalagi sekarang muncul pengusaha besar yang membuka toko yang menyediakan aneka barang kerajinan khas Bali dengan harga yang bersaing sehingga mengurangi ruang gerak pedagang kerajinan kecil lainnya.
Pedagang seni kerajinan di Pasar Seni Sukawati-Gianyar, Pasar Badung, di pantai Sanur juga semakin menggerutu akibat turis dalam negeri yang biasa membeli cenderamata sudah diantar ke toko oleh-oleh khas Bali, kata Nyoman Surata pengasong lainnya.
Lain halnya tahun 1970 hingga 1990-an, turis asing terutama asal Eropa paling gampang mengeluarkan dolar untuk membeli barang kerajinan dari tangan para pengasong, pada hal wisatawan kala itu jumlahnya masih sedikit.
"Barang kerajinan yang biasa dibeli para turis asing dari pengasong saat berlibur di Bali, antara lain patung kayu, lukisan, perhiasan dan kain tenunan khas Bali," kata pria berusia 45 tahun itu.
Ketut Sumita yang kini seorang pramuwisata, mengaku pernah menjadi pengasong barang seni di Pantai Kuta, sekitar tahun 1980-an, membenarkan bahwa orang asing sekarang jarang membeli cenderamata dari para pengasong.
Turis asing yang memerlukan aneka barang cindera mata, lebih memilih untuk berbelanja di toko-toko seni yang ada, karena merasakan lebih aman, walau pun harganya lebih mahala dari yang ditawarkan para pengasong.(*)
