Denpasar (Antaranews Bali) - Bank Indonesia mengantisipasi musim puncak libur panjang Idul Fitri di Bali yang dapat memicu peningkatan inflasi pada triwulan kedua 2018 dengan menjaga stabilitas harga sejumlah kebutuhan pokok.
"Program kerja tim pengendalian inflasi akan difokuskan pada aspek produksi, distribusi, serta menjaga ekspektasi masyarakat," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana di Denpasar, Selasa.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali bersama instansi terkait lainnya telah melakukan upaya stabilisasi harga melalui pasar murah di sejumlah titik yang menjual sejumlah komoditas yang berpotensi mengalami lonjakan harga.
Selain libur panjang terkait Idul Fitri, pada saat bersamaan juga berlangsung Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali sehingga upaya stabilisasi harga perlu dimaksimalkan.
Seiring musim puncak liburan, BI memprediksi inflasi triwulan kedua tahun ini mencapai kisaran 3,51-3,91 persen atau lebih tinggi dibandingkan capaian inflasi triwulan pertama mencapai 3,10 persen.
Bank sentral itu mencatat pada April 2018, Bali mengalami inflasi sebesar 0,01 persen jika atau 3,24 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya terutama disebabkan oleh kenaikan harga bawang merah, daging ayam ras, bensin, air kemasan, angkutan udara serta cabai merah.
Secara bulanan dan tahunan, BI mencatat pencapaian itu masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 0,10 persen dan 3,41 persen.
Laju inflasi di Bali pada April 2018 tertahan oleh beberapa komoditas yang mengalami deflasi antara lain beras, cabai rawit, pasir, jeruk, serta batako
Secara spasial, inflasi hanya terjadi di kota Denpasar sebesar 0,07 persen atau 3,23 persen secara tahunan dan kota Singaraja mengalami deflasi sebesar minus 0,27 persen secara bulanan atau 3,32 persen secara tahunan.
"Dibandingkan kota sampel lain, pencapaian inflasi Denpasar dan Singaraja berada pada level yang moderat," ucap Causa.(WDY)
BI antisipasi libur panjang picu inflasi Bali
Selasa, 5 Juni 2018 11:58 WIB