Denpasar (Antara Bali) - Lalu lintas di Kota Denpasar dan sekitarnya hari Minggu masih tampak lengang, setelah umat Hindu merayakan Hari Suci Kuningan, rangkaian Hari Raya Galungan yang bermakna memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawaan Adharma (keburukan).
Beberapa ruas jalan masih tampak lengang, meski kegiatan ekonomi seperti pasar tradisional dan pusat-pusat pertokoan mulai beraktivitas.
Masyarakat Kota Denpasar mayoritas berasal dari delapan kabupaten di Bali kebanyakan pulang kampung untuk merayakan Hari Suci Kuningan bersama keluarga di daerah asalnya.
Mereka baru akan meninggalkan kampung halamannya mulai Sabtu sore hingga Senin pagi, sebelum melakukan aktivitas keseharian. Pelajar sekolah dari berbagai jenjang pendidikan juga akan mulai melakukan aktivitasnya setelah menikmati libur panjang selama sebulan.
Beberapa warga Kota Denpasar tampak mulai keluar rumah setelah hujan reda dan matahari mulai tampak, setelah pagi harinya kota sempat diguyur hujan.
Masyarakat yang keluar rumah untuk kepentingan rekreasi antara lain mengunjungi Pantai Sanur yang berjarak hanya enam kilometer dari pusat Kota Denpasar.
Sebagian lainnya tampak duduk-duduk bersama anggota keluarganya di Taman Kota Lapangan Puputan Badung yang berlokasi di jantung Kota Denpasar maupun di Taman Kota Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar dan Taman Kota Niti Praja Lumintang Denpasar.
Sebagian lainnya mengenakan busana adat Bali untuk melakukan persembahyangan di Pura Sakenan, Denpasar Selatan.
Bertepatan dengan Hari Suci Kuningan umat dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali membludak ke sana untuk melakukan persembahyangan.
Karena banyaknya umat Hindu yang datang, persembahyangan diatur dalam beberapa gelombang. Padahal panitia sudah mengimbau kepada umat agar tidak melakukan persembahyangan bertepatan dengan puncak piodalan, namun dapat dilakukan sehari sebelum atau sehari sesudah Kuningan.
Namun kenyataannya pada Umanis Kuningan warga yang datang untuk melakukan persembahyangan sangat sepi, padahal sehari sebelumnya panitia sampai kewalahan untuk mengatur akibat banyaknya umat yang hadir di Pura Sakenan.(*)