Denpasar (Antara Bali) - Pengurus Komite China DPP "Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita)" Chandra Salim meminta anggota DPR RI yang membidangi pariwisata untuk memulihkan pariwisata Bali setelah aktivitas vulkanis Gunung Agung.
"Kami sudah melakukan pertemuan dengan pengurus Komite China DPP Asita untuk membahas strategi pemulihan sektor pariwisata, khususnya di Bali di tengah menghadapi erupsi Gunung Agung," katanya di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan jajaran pengurus Komite China DPP Asita sudah melakukan langkah-langkah strategi dan surat usulan kepada anggota DPR RI untuk mendapatkan dukungan penuh oleh pemerintah dalam pencitraan pariwisata tersebut.
"Rencananya, Selasa (5/12), kami akan menghadap anggota DPR-RI yang membidangi pariwisata tersebut. Tujuan kami menghadap adalah untuk mendapat dukungan dalam pemulihan citra pariwisata di Bali," ujarnya.
Menurut Chandra Salim, jika tidak dilakukan upaya pemulihan citra sektor pariwisata Bali di tengah situasi erupsi Gunung Agung, maka pemulihan akan semakin sulit, apalagi pemberitaan di luar negeri (China) menonjolkan dampak erupsi gunung tertinggi yang sampai terjadi penutupan Bandara Ngurah Rai (Bali) dan Bandara Lombok (NTB).
"Oleh karena itu, kami bersama pengurus Asita lainnya akan bertemu dengan anggota DPR-RI di Jakarta guna membahas permasalahan itu," ucap Chandra Salim yang juga pengusaha kerajinan kayu Gaharu tersebut.
Menurut dia, langkah untuk pencitraan sektor pariwisata tujuan kedepan adalah untuk bisa memenuhi target kunjungan wisatawan asing sebanyak 20 juta orang pada tahun 2019.
"Kalau tidak dilakukan pencitraan sektor pariwisata di tengah erupsi Gunung Agung, maka tidak menutup kemungkinan akan sulit tercapai target kunjungan yang setengah lebihnya diharapkan dari Bali," ujarnya.
Bahkan, Pemerintah RRT sudah mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk menunda bepergian ke Bali, karena terjadi bencana yang berdampak ditutupnya Bandara Internasional Gusti Ngurah Rai, Bali.
Termasuk juga maskapai penerbangan dari China, kata dia, yang memutuskan untuk tidak terbang hingga 1 Januari 2018 setelah Bandara Ngurah Rai ditutup pada Senin (27/11) karena debu vulkanik Gunung Agung yang mengarah bandara.
"Kalau wisatawannya mungkin tidak takut datang ke Bali. Bahkan kalau bisa mengemas erupsi Gunung Agung menjadi tontonan objek wisata. Tapi yang menjadi mereka khawatir masalah layanan untuk mereka kembali ke negaranya, karena tidak ada jaminan penuh adanya penerbangan ke China, termasuk iapa yang menjamin pemberangkatan dari Surabaya," ujarnya.
Hal-hal itulah yang nantinya disampaikan kepada wakil rakyat di Senayan, Jakarta, sehingga nantinya ada penanganan serius sektor pariwisata tersebut agar tidak terpuruk lagi. Memang waktu Bandara Ngurah Rai ditutup beberapa hari lalu, bagi wisman yang menggunakan BPW resmi terlayani dengan baik.
"Justru yang banyak komplain karena bandara tutup itu adalah wisatawan China yang menggunakan jasa online atau berjaringan. Jadi wisman China yang menggunakan BPW resmi kami melayani dengan baik. termasuk juga mencarikan bus ke Bandara Juanda, Surabaya untuk bisa kembali ke negaranya," katanya. (WDY)