Gianyar (Antara Bali) - Jenazah almarhun Anak Agung Niang Rai (78), salah seorang kerabat Puri Agung Ubud yang meninggal dunia pada hari Sabtu (14/5) akan diusung dalam tempat jenazah (bade) setinggi 24 Meter pada saat upacara pelebon (ngaben) pada Kamis, 17 Agustus 2011.
"Bade itu sudah dirancang, namun baru rampung 30 persen," kata Tjokorda Gde Raka Sukawati, seorang undagi (tukang buat "bade") ketika ditemui di Puri Agung Ubud, Jumat.
Setiap harinya, kata pria yang juga Presiden Direktur Hotel Royal Pitamaha itu sebanyak 50 orang membantu dirinya untuk membuat bade atau tempat jenazah yang akan dipergunakan pada upacara pengabenan ibundanya, almarhum Anak Agung Niang Rai (78).
Bade yang rencananya diusung pada saat upacara pengabenan pada tanggal 18 Agustus 2011 memiliki tinggi 24 meter dengan tumpang atau tingkat sembilan.
Pada saat ini, kata pria yang juga seorang dosen di Universitas Udayana bade yang dirancangnya itu baru rampung rangkanya saja.
"Setelah selesai rangkanya, saya tinggal melengkapi sejumlah ornamen penting sebagai perlengkapan bade," ucapnya.
Menurut adik kandung Bupati Gianyar, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati itu adapun perlengkapan bade itu diantaranya angsa, bengkiwe atau bebek, bangkal atau babi, macan, gajah, boma dan burung garuda.
Dipastikan Cok De, bade itu sudah selesai lima hari sebelum upacara pengabenan dilaksanakan.
Ketika ditanya menyangkut bahan baku, pria yang akrab dipanggil Cok De itu mengaku 100 persen lokal.
"Bahan baku seperti bambu dan lain sebagainya semuanya kami gunakan dari bahan baku lokal Bali," jelasnya.
Kata pria yang sudah sejak tahun 1978 menekuni dunia bade itu mengaku, bade itu dibuat sebagai penghormatan terakhir pada ibundanya tercinta.
"Bade itu akan diusung ribuan masyarakat di jalan raya Ubud menuju Kuburan Dalem Puri yang berjarak 900 meter dari Puri Ubud," ujarnya.
Terus apa yang membedakan pada prosesi pengabenan kali ini, ketimbang pengabenan penglingsir Puri Agung Ubud, almarhum Tjokorda Agung Suyasa sebelumnya, Cok De mengatakan perbedaannya di "naga banda".
"Kalau untuk pengabenan para istri kerabat Puri Agung Ubud tidak menggunakan "naga banda" atau pengantar roh menuju sorga," jelasnya.
Biasanya "naga banda" atau perlengkapan upacara ngaben dengan wujud naga itu dipanah oleh pendeta sebelum bade itu diusung menuju kuburan.
Seperti diketahui sebelumnya almarhum Anak Agung Niang Rai meninggal setelah dirawat selama dua bulan di Rumah Sakit Sanglah di Wings Internasional, Denpasar.
Ibunda Bupati Gianyar, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati itu tutup usia pada pukul 08.15 wita. Istri dari almarhum Tjokorda Gde Agung Sukawati itu meninggalkan tiga putra dan lima cucu.
Adapun Putra almarhum itu yakni, Tjokorda Putra Sukawati, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dan Tjokorda Gde Raka Sukawati.(*)