Jakarta (Antara Bali) - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
didampingi Menteri ESDM Ignasius Jonan di Banten, Kamis, meresmikan
megaproyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas total 4.660
MW dengan nilai investasi keseluruhan 5,87 miliar dolar AS.
Kepala
Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian
ESDM Dadan Kusdiana dalam keterangannya di Jakarta, mengatakan bahwa
pada kesempatan yang sama, Presiden Joko Widodo juga meninjau progres
pembangunan terminal batubara berkapasitas 20 juta ton di Banten senilai
145 juta dolar AS.
"Kalau ditotal, keempat proyek ini bernilai 6,015 miliar dolar AS," katanya.
Menurut dia, peresmian ketiga PLTU tersebut terdiri atas peletakan
batu pertama (groundbreaking) dua proyek yakni PLTU Jawa 7 berkapasitas
2x1.000 MW dan PLTU 9&10 juga 2x1.000 MW, serta satu peresmian
pengoperasian secara komersial (commercial on date/COD) PLTU IPP Banten
660 MW.
Ketiga proyek PLTU itu, lanjutnya, masuk program 35.000 MW.
"Sementara terminal batubara 20 juta ton akan memperkuat dan
mengefektifkan rantai pasok batubara PLTU di wilayah Jawa bagian
barat," ujarnya.
Dadan merinci proyek PLTU Jawa 7 bernilai investasi 1,88 miliar
dolar dengan rencana COD untuk unit 1 pada April 2020 dan unit 2 pada
Oktober 2020.
Harga jual listrik ke PT PLN (Persero) disepakati 4,21 sen dolar/kWh.
Proyek, yang menggunakan skema bisnis "build, own, operate, and
transfer" (BOOT) selama 25 tahun itu berteknologi "ultra supercritical
boiler" dengan bahan bakar batubara kalori rendah antara 4.000-4.600
kkal/kg "ash received".
"Jenis pembangkit ini dipilih karena memiliki efisiensi yang tinggi dan lebih ramah lingkungan," jelas Dadan.
Selanjutnya, menurut dia, PLTU Jawa 9&10 dengan skema listrik
swasta (IPP) dibangun disebelah PLTU Suralaya 1-8, Banten dengan nilai
investasi tiga miliar dolar.
PLTU itu dibangun dengan skema penugasan PLN kepada anak perusahaan, PT Indonesia Power, sesuai Perpres No 19 Tahun 2017.
Proyek BOOT itu juga menggunakan teknologi "ultra supercritical".
"Diperkirakan COD PLTU 9&10 pada 2022 dengan kontrak 25 tahun
dan biaya pokok produksi (BPP) 5,1 sen dolar/kWh," katanya.
Untuk PLTU Banten 660 MW, lanjut Dadan, merupakan proyek IPP dengan pengembang PT Lestari Banten Energi.
Proyek BOOT selama 25 tahun itu menggunakan teknologi "supercritical" dan telah berproduksi sejak Maret 2017.
"Harga jual ke PLN disepakati 5,99 sen dolar/kWh dengan investasi 990 juta dolar," ujarnya.
Terakhir, Dadan mengatakan, proyek terminal batubara, yang ditinjau
Presiden Joko Widodo, dibangun anak perusahaan PLN, PT PLN Batubara,
bersama Gama Corp.
"Lokasi terminal ini bersebelahan dengan PLTU Jawa 7 dan ditargetkan COD bersamaan dengan PLTU," katanya.
Terminal batubara itu, menurut dia, juga berfungsi sebagai stok
darurat PLTU di luar Jawa bagian barat, menjaga keamanan pasokan
batubara saat cuaca buruk karena penggunaan kapal (vessel), pengurangan
biaya pembangunan terminal di masing-masing PLTU, dan efisiensi biaya
transportasi batubara dari perubahan barge ke vessel.
"Terminal batubara ini memerlukan lahan sekitar 20 hektare dengan nilai investasi 145 juta dolar," ujarnya.
Dadan menambahkan proyek-proyek tersebut akan memberikan manfaat
besar bagi masyarakat dan mengefisienkan biaya pembangkitan listrik,
sehingga harga listrik lebih terjangkau masyarakat.
Untuk mempercepat proyek 35.000 MW, pemerintah telah menerbitkan
Perpres Nomor 14 Tahun 2017, yang merupakan Perubahan Perpres Nomor 4
Tahun 2016, tentang Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan.
"Perpres ini memberikan jaminan kepada dunia usaha bahwa pemerintah
terus berkomitmen mendukung pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan
berupa penjaminan, percepatan perizinan dan nonperizinan, penyediaan
energi primer, tata ruang, penyediaan tanah, dan penyelesaian hambatan
dan permasalahan lainnya," katanya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, status program 35.000 MW hingga
15 September 2017 adalah tahap COD/komisioning 773 MW, konstruksi 15.266
MW, PPA belum konstruksi 10.255 MW, pengadaan 4.563 MW, dan tahap
perencanaan 6.970 MW.
"Sampai 2019, diharapkan semua proyek 35.000 MW sudah terkontrak dan
juga ada tambahan 17.000 MW dibandingkan akhir 2014," kata Dadan. (WDY)
Presiden Resmikan Megaproyek PLTU Bernilai 5,87 Miliar Dolar
Kamis, 5 Oktober 2017 19:35 WIB