Karangasem (Antara Bali) - Satuan Tugas dari Dinas Peternakan Provinsi Bali dan Kabupaten Karangasem serta Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian mengevakuasi 1.384 ekor sapi mengantisipasi keadaan darurat Gunung Agung.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dihubungi dari Karangasem, Bali, Kamis, menjelaskan berdasarkan data Posko Pendampingan Nasional, sapi tersebut dievakuasi ke 30 titik penampungan ternak sapi sementara di lima kabupaten terdekat dari Karangasem hingga Rabu (27/9).
Menurut Sutopo, ditargetkan sekitar 18.616 ekor lainnya akan dievakuasi bertahap ke sejumlah lokasi lainnya.
Diperkirakan jumlah sapi yang berada di radius berbahaya sekitar 30 ribu ekor dan sekitar 10 ribu ekor sapi di antaranya telah dievakuasi oleh masyarakat secara mandiri dan ada juga yang dijual.
Sutopo menjelaskan kendala dalam evakuasi ternak yakni terbatasnya kendaraan yang ada mengingat saat ini baru tersedia 20 truk.
Selain itu persediaan pakan ternak juga terbatas karena kebutuhan konsentrat sapi untuk satu bulan diperkirakan sebanyak 1.200 ton dan saat ini baru tersedia 60 ton.
Begitu juga kebutuhan pakan hijau selama satu bulan diperlukan sekitar 15 ribu ton yang saat ini masih disediakan secara mandiri oleh para peternak.
"Selain itu juga terbatasnya jumlah personel pengawasan dan perawatan ternak," imbuhnya.
Bantuan untuk penanganan evakuasi sapi ini telah disalurkan berupa lima ton pakan konsentrat, 10 ribu dosis obat-obatan, satu mobil truk untuk evakuasi ternak, pembangunan kandang, atap dan kelengkapannya dan kelengkapan untuk identifikasi ternak.
Satgas juga memfasilitasi bantuan dari berbagai pihak yakni bantuan yang telah diterima terus disalurkan berupa pakan konsentrat 55 ton kendaraan untuk evakuasi ternak sebanyak sembilan unit truk.
Masyarakat, lanjut Sutopo, dapat menghubungi nomor telepon 081238632084 untuk layanan informasi penanganan evakuasi ternak dan kesehatan hewan yang bisa diakses 24 jam.
Sutopo mengatakan penanganan pengungsi di Indonesia tidak mudah karena masyarakat yang berada di zona berbahaya enggan untuk dievakuasi.
Salah satu alasannya karena memiliki hewan ternak sebagai mata pencaharian warga.
"Sapi adalah aset berharga bagi masyarakat. Bahkan sapi telah menjadi bagian hidup dan kultur bagi masyarakat di sekitar gunung. Itulah yang menyebabkan sulitnya masyarakat tidak mau mengungsi," katanya.
Seperti halnya masyarakat di sekitar Gunung Agung, saat masyarakat sudah mengungsi pun, ketika pagi hingga siang hari mereka kembali ke rumahnya untuk menengok dan memenuhi kebutuhan pangan ternaknya dan kemudian ketika malam mereka kembali tidur di pengungsian.
Hingga Kamis ini sekitar pukul 18.00 Wita jumlah pengungsi darurat Gunung Agung mencapai 134.299 jiwa yang tersebar di 484 titik di seluruh Bali. (WDY)