Jakarta (Antara Bali) - Presiden Joko Widodo menegaskan kepada seluruh
elemen bangsa agar jangan menyebarkan paham radikalisme di kampus-kampus
atau perguruan tinggi di Indonesia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan sambutan dalam acara
penutupan Pertemuan Pimpinan Perguruan Tinggi se-Indonesia di Peninsula
Island, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Selasa, sebagaimana
keterangan tertulisnya, mengatakan, era keterbukaan membuka celah yang
besar bagi upaya-upaya infiltrasi ideologi.
"Sekarang ini telah terjadi infiltrasi ideologi yang ingin
menggantikan Pancasila dan memecah-belah kita. Keterbukaan tidak bisa
kita hindari sehingga media sosial sangat terbuka bebas untuk infiltrasi
yang tidak kita sadari," ujarnya.
Ia menyadari bahwa kemajuan teknologi tak dapat dipungkiri telah membawa semua menuju era keterbukaan.
Informasi kini dapat semakin mudah untuk disebarkan dan diperoleh
semua orang sehingga banyak kemudahan lainnya juga dirasakan sebagai
dampak dari kemajuan itu.
Namun, di sisi lain, keterbukaan tersebut dapat memberikan celah bagi upaya-upaya infiltrasi ideologi yang tidak disadari.
Hal inilah yang mendorong Presiden Joko Widodo mengingatkan kepada
seluruh elemen bangsa untuk senantiasa waspada terhadap upaya-upaya yang
dapat memecah-belah bangsa.
Menurut dia, infiltrasi tersebut dilakukan dengan cara-cara lembut dan menggunakan pendekatan terkini.
Akibatnya, banyak dari masyarakat yang lupa bahwa sebenarnya Indonesia telah memiliki ideologi Pancasila yang mempersatukan.
"Banyak dari kita yang terbuai oleh itu sehingga kita lupa telah
memiliki Pancasila. Tadi saya bangga telah dideklarasikan oleh pimpinan
perguruan tinggi se-Indonesia yang bertekad untuk mempersatukan kita
dalam NKRI, berpegang teguh dalam UUD 1945, dan menjaga Bhinneka Tunggal
Ika," ucapnya.
Di hadapan para pimpinan perguruan tinggi se-Indonesia itu, Presiden
sekaligus mengingatkan bahwa perguruan tinggi adalah sumber pengetahuan
dan pencerahan.
Oleh karena itu, akan sangat berbahaya kalau perguruan tinggi
dimanfaatkan oleh segelintir pihak sebagai medan infiltrasi ideologi
ini.
"Jangan sampai kampus-kampus menjadi lahan penyebaran ideologi
anti-Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," ujar Presiden.
Lebih lanjut, ia mengajak seluruh pihak untuk terus memupuk rasa persaudaraan antarsesama.
Sebab, bangsa Indonesia mampu berdiri tegak hingga sekarang ini karena adanya persatuan yang telah ditanamkan sejak dulu.
"Apabila kita semua masih cinta Indonesia, kita harus menghentikan
infiltrasi ideologi, radikalisme, dan terorisme di perguruan tinggi
seluruh Indonesia agar rasa persatuan dan persaudaraan semakin kuat.
Jangan sampai hasil kerja keras untuk anak cucu kita hancur karena
terorisme dan radikalisme sehingga bangsa kita jadi bangsa yang mundur,"
lanjutnya.
Selain itu, untuk merawat kebinekaan dan Pancasila, Presiden juga
berpandangan bahwa pembinaan ideologi Pancasila sebagai pandangan hidup
Bangsa Indonesia perlu dimasukkan baik ke dalam kurikulum pengajaran
maupun kegiatan pendidikan nonformal lainnya.
"Tanamkan bahwa kebinekaan adalah sumber kekuatan bangsa Indonesia
dan betapa kita ini sangat beragam. Negara ini kokoh menjadi satu dengan
dasar Pancasila. Dengan bekerja bersama, marilah kita rawat NKRI.
Perkuat Pancasila, tolak radikalisme dan terorisme," ujarnya.
Turut mendampingi Presiden, Sekretaris Kabinet Pramono Anung,
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir, serta Gubernur
Bali I Made Mangku Pastika. (WDY)
Presiden Jokowi Ingatkan Infiltrasi Ideologi di Kampus
Selasa, 26 September 2017 11:28 WIB