Denpasar (Antara Bali) - Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menyiapkan pendaftaran bagi para seniman dari berbagai "sekaa" atau sanggar kesenian, penyanyi pop Bali, dan sebagainya untuk memberikan hiburan bagi para pengungsi Gunung Agung Kabupaten Karangasem.
"Para pengungsi perlu diberikan hiburan untuk mengurangi beban dan kejenuhan selama di posko pengungsian, khususnya bagi pengungsi anak-anak," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha di Denpasar, Minggu.
Pendaftaran dibuka mulai Senin (25/9) di Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan juga bisa ke masing-masing Dinas Kebudayaan kabupaten/kota se-Bali.
"Sifatnya ini benar-benar `ngayah`, jadi kami mengimbau bagi seniman yang berkenan untuk memberikan hiburan agar mendaftar supaya terkoordinasi, kemudian akan kami buatkan jadwal di mana tempatnya dan kapan waktunya," ucapnya.
Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan Kabupaten Karangasem dan mereka menyatakan kebanyakan sanggar seni di daerahnya sudah mengungsi, sehingga diharapkan dapat diisi dari luar kabupaten/kota.
"Kalau nanti banyak yang mendaftar dan berkenan untuk menghibur di beberapa tempat dalam satu hari, maka akan kami jadwalkan dalam satu hari bisa menghibur pengungsi lebih dari satu kali, tidak hanya di tempat pengungsian yang skala besar, tetapi juga yang kecil-kecil," ujarnya.
Pihaknya sudah mendapat konfirmasi bahwa artis-artis dari Pramusti sudah siap diterjunkan untuk turut menghibur para pengungsi.
"Kami juga berharap Pak Made Taro bersedia untuk turut serta mendongeng untuk para pengungsi anak-anak," katanya.
Di sisi lain, Dewa Beratha juga mengharapkan para pengungsi jangan lupa menyelamatkan lontar-lontar, buku-buku penting, dan "pratima" atau benda-benda sakral.
"Kami menyiapkan ruangan khusus untuk menampung lontar-lontar dan pratima itu, intinya pengungsi jangan sampai meninggalkan hal-hal yang bersifat sakral itu," ucapnya.
Terkait dengan mekanisme penitipannya, langsung membawa sendiri atau jemput bola, akan dirapatkan lebih lanjut pada Senin (25/9) dengan melibatkan pihak-pihak yang peduli terhadap lontar dan pratima, termasuk dengan koordinator penyuluh bahasa Bali. (WDY)