Bangli (Antara Bali) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali membangun tenda-tenda pengungsian untuk menampung para korban dan jenazah akibat tanah longsor di tiga desa yakni Songan, Awan dan Sukawana di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
"Tenda tersebut dapat dibangun dalam waktu singkat, karena menjadi kebutuhan yang paling mendesak bagi masyarakat setempat," kata Kepala Pelaksana BPBD Bali Dewa Indra di lokasi bencana, 65 km timur Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, sebanyak 12 orang meninggal dunia akibat tertimbun tanah longsor di tiga lokasi yang terjadi sejak Kamis (9/2) hingga Jumat dinihari.
Khusus tanah longsor di Songan merenggut tujuh korban jiwa yakni ibu dan dua anaknya Jro Balian Resmi (33), Jro Balian Kadek Sriasih (7) dan Komang Agus Putra Santi (1). Satu keluarga lain yakni pasangan suami istri dan anaknya yakni I Gede Sentana (40), Luh bunga (40), Kadek (20) serta satu orang warga lain Ni Luh Susun (40).
Dari tujuh jenazah itu, empat di antaranya akan dikuburkan pada hari Senin (13/2) dan sementara ini disemayankan di tenda. Sedangkan tiga jenazah lainnya dibawa ke rumah asalnya yakni Desa Suter yang juga masih dalam wilayah Kecamatan Kintamani.
"Beberapa jenazah korban ada yang langsung dikuburkan di Sentra desa adat setempat," tutur salah seorang keluarga korban, Jero Putu Skupter (54).
Sementara Wakil Bupati Bangli, Sang Nyoman Sedana Arta yang langsung meninjau lokasi mengatakan, pihaknya akan membantu kebutuhan masyarakat yang paling mendesak.
Ia mengharapkan masyarakat setempat yang selama ini bermukim di lokasi yang rawan longsor untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Selain itu seluruh masyarakat dapat lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan dengan curah hujan yang tinggi belakangan ini.
Sementara Ketua Umum Badan Independen Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup (BIPPLH) Bali Komang Gede Subudi ikut memantau musibah bencana alam yang merenggut 12 korban jiwa tersebut.
Ia yang juga Ketua Dewan Penasehat Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Bali itu mengingatkan, musibah bencana alam itu sebagai cerminan untuk lebih memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan agar hal itu tidak terulang dikemudian hari.
Untuk itu, pihaknya sebagai mitra aktif pembangunan pemerintah mendorong agar adanya pelestarian lingkungan hidup untuk menjaga keseimbangan alam yang telah mengalami kerusakan.
Untuk itu pihaknya secara berkesinambungan melakukan penanaman pohon dan pemeliharaan di berbagai tempat di Bali, termasuk di daerah kritis Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.
"Baru saja kami menanam bibit Ampupu sebanyak 13.000 pohon dan memungut sampah plastik di areal menuju pura pasar Agung, Batur, Kecamatan Kintamani akhir Januari 2017," ujar Komang Gede Subudi.
Upaya tersebut sebagai bentuk tindakan nyata dalam melestarikan lingkungan hidup yang memberikan imbas positif yang mampu meningkatkan kepedulian masyarakat.
Ia menjelaskan, menanam pohon berarti akan ada kehidupan baru, dengan hal tersebut diharapkan semua komponen menjaga sumber-sumber mata air supaya lestari, jangan sampai air mata mengalir.
Dengan demikian, pihaknya menghimbau pemerintah dan masyarakat agar lebih sering komunikasi mengenai pelestarian lingkungan dan menghindari pembangunan yang tidak sesuai pada tempatnya
"Masyarakat tidak tepat membangun dekat tebing curam maupun daerah rawan bencana," ujar Komang Gede Subudi.
Untuk itu, pihaknya mengharapkan adanya agar pembelajaran kepada masyarakat, termasuk pembenahan bersama dan tidak saling menyalahkan satu sama lain.
"Pemerintah serta pemerhati lingkungan agar terus melakukan kontrol dan edukasi kepada masyarakat untuk menekan pelanggaran lingkungan hidup," ujar Komang Gede Subudi.
Pada kesempatan itu, pihaknya turut berbela sungkawa sedalam-dalamnya dan berdoa semoga semua yg berpulang mendapatkan tempat yg layak disisinya, bagi yang ditinggalkan diberikan kekuatan. (WDY)