Denpasar (Antara Bali) - Ketua Umum DPP Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mengatakan, alih fungsi lahan produktif di Indonesia terus meningkat, bahkan di Bali termasuk yang tertinggi.
"Di Indonesia dalam dua tahun terakhir mencapai sekitar 100.000 hektare. Alih fungsi lahan itu juga termasuk hutan yang dijadikan perkebunan dan perumahan dibanding untuk lahan sawah," katanya di Nusa Dua, Bali, Jumat.
Seusai penutupan kegiatan pertemuan internasional "Pengembangan dan Pelestarian Tanaman Bibit Lokal" itu, ia mengatakan, alih fungsi lahan terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia.
"Namun yang paling banyak alih fungsi lahan produktif adalah di wilayah yang penduduknya padat, antara lain di Pulau Jawa dan Bali," katanya.
Sedangkan hutan yang paling banyak beralih fungsi terjadi di wilayah Kalimantan. Setelah dibabat hutan yang merupakan paru-paru dunia itu, dibuka menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.
Akibat alih fungsi itu, kata dia, akan mempengaruhi juga ekosistem di wilayah tersebut. Termasuk juga mempercepat pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim.
"Pembabatan hutan yang mencapai ribuan hektare tentu akan mempengaruhi pemanasan global. Padahal hutan itu selama ini mampu menyerap karbondioksida (CO2)," ucapnya.
Walau hutan itu dijadikan perkebunan kelapa sawit, kata dia, penyerapan CO2 tidak se-efektif ketika hutan itu masih lebat.
Sedangkan di Bali, berdasarkan data pesatnya laju alih fungsi lahan pertanian dalam setahun, yakni kehilangan lahan produktif berkisar 800 - 1.000 hektare yang dijadikan pemukiman, sarana akomodasi pariwisata dan peruntukan lainnya di luar pertanian.(*)