Denpasar (Antara Bali) - PT Bank Mandiri Taspen Pos (Mantap) menargetkan untuk merambah transaksi pembayaran berbasis aplikasi elektronik menyusul bank itu telah melengkapi buku dua (modal inti Rp1-5 triliun).
"Kami ingin masuk lebih dalam di `electronic payment`. Kami ingin sekali masuk EDC, `mobile banking` yang paling berdampak adalah pengelolaan bisnis pembiayaan dan pembayaran," kata Direktur Utama PT Bank Mantap Nixon Napitupulu di Denpasar, Sabtu.
Selain itu pihaknya tengah menjajaki kerja sama bisnis dengan asuransi yang sudah dijalankan oleh perusahaan satu grup.
Layanan pelanggan prioritas dan transaksi valuta asing juga memungkinkan dilakukan memasuki bank buku dua tersebut.
"Karena sudah buku dua memungkinkan buka pelayanan seperti nasabah prioritas walaupun belum ada rencana tetapi bank ini dimungkinkan untuk pengembangan bisnis anorganik meskipun belum ada strategi kesana," ucapnya.
Bank Mantap sebelumnya menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) pada Senin (31/10) yang salah satu agendanya menambah modal atau "right issue" bank tersebut sebesar Rp400 miliar tahun 2016 dan Rp200 miliar tahun 2017.
Dengan penambahan modal itu bank yang dibentuk oleh tiga BUMN tersebut pada 7 Agustus 2015 tersebut melaju menjadi bank buku 2.
Penambahan modal itu perlu dilakukan, kata dia, untuk menambah jaringan kantor bank tersebut di beberapa kota di Tanah Air yang ditargetkan tercapai 200 jaringan tahun 2020.
Penambahan tersebut mengingat kinerja perbankan juga tumbuh signifikan dengan melonjaknya jumlah aset mencapai Rp5,6 triliun atau tumbuh 119,6 persen hingga akhir Oktober 2016.
Dana pihak ketiga (DPK) tercatat naik yakni Rp4,76 triliun atau tumbuh hingga 198,6 persen.
Sedangkan penyaluran kredit berkisar Rp3,96 triliun atau naik 196,6 persen dan laba bersih sebesar Rp58,7 miliar sebelum pajak atau naik sampai dengan 108,5 persen.
Dalam rapat tersebut juga terungkap bahwa PT Pos Indonesia tidak lagi memiliki saham di bank tersebut namun kini dimiliki oleh mayoritas Bank Mandiri menjadi 59,44 persen dan PT Taspen (39,48 persen).
Pemegang saham perorangan masih tetap sama yakni Ida Bagus Made Putra Jendana sebesar 0,56 persen dan ahli waris almarhum I Made Madia (0,52). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kami ingin masuk lebih dalam di `electronic payment`. Kami ingin sekali masuk EDC, `mobile banking` yang paling berdampak adalah pengelolaan bisnis pembiayaan dan pembayaran," kata Direktur Utama PT Bank Mantap Nixon Napitupulu di Denpasar, Sabtu.
Selain itu pihaknya tengah menjajaki kerja sama bisnis dengan asuransi yang sudah dijalankan oleh perusahaan satu grup.
Layanan pelanggan prioritas dan transaksi valuta asing juga memungkinkan dilakukan memasuki bank buku dua tersebut.
"Karena sudah buku dua memungkinkan buka pelayanan seperti nasabah prioritas walaupun belum ada rencana tetapi bank ini dimungkinkan untuk pengembangan bisnis anorganik meskipun belum ada strategi kesana," ucapnya.
Bank Mantap sebelumnya menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) pada Senin (31/10) yang salah satu agendanya menambah modal atau "right issue" bank tersebut sebesar Rp400 miliar tahun 2016 dan Rp200 miliar tahun 2017.
Dengan penambahan modal itu bank yang dibentuk oleh tiga BUMN tersebut pada 7 Agustus 2015 tersebut melaju menjadi bank buku 2.
Penambahan modal itu perlu dilakukan, kata dia, untuk menambah jaringan kantor bank tersebut di beberapa kota di Tanah Air yang ditargetkan tercapai 200 jaringan tahun 2020.
Penambahan tersebut mengingat kinerja perbankan juga tumbuh signifikan dengan melonjaknya jumlah aset mencapai Rp5,6 triliun atau tumbuh 119,6 persen hingga akhir Oktober 2016.
Dana pihak ketiga (DPK) tercatat naik yakni Rp4,76 triliun atau tumbuh hingga 198,6 persen.
Sedangkan penyaluran kredit berkisar Rp3,96 triliun atau naik 196,6 persen dan laba bersih sebesar Rp58,7 miliar sebelum pajak atau naik sampai dengan 108,5 persen.
Dalam rapat tersebut juga terungkap bahwa PT Pos Indonesia tidak lagi memiliki saham di bank tersebut namun kini dimiliki oleh mayoritas Bank Mandiri menjadi 59,44 persen dan PT Taspen (39,48 persen).
Pemegang saham perorangan masih tetap sama yakni Ida Bagus Made Putra Jendana sebesar 0,56 persen dan ahli waris almarhum I Made Madia (0,52). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016