Denpasar (Antaranews Bali) - Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Provinsi Bali mendorong para pemangku kepentingan terkait untuk melakukan akselerasi penyiapan berbagai fasilitas pendukung program elektronifikasi agar jangan sampai menimbulkan kekecewaan konsumen.
"Harapan kami agar masyarakat bisa merasakan bahwa ternyata lebih banyak manfaat uang elektronik dibandingkan alat pembayaran konvensional," kata Ketua ISEI Bali Prof Dr Made Kembar Sri Budi, di Denpasar, Rabu.
Meskipun elektronifikasi selama ini sudah diterapkan, Sri Budi masih melihat sejumlah kelemahan, yakni yang pertama belum memenuhi persyaratan fungsional.
"Dikatakan belum memenuhi syarat fungsional karena baru memenuhi sebagian-sebagian kebutuhan konsumen. Ada yang baru untuk bayar listrik, bayar pulsa dan sebagainya, tetapi untuk belanja online (dalam jaringan) maupun offline tidak bisa," ucapnya.
Dia mendorong agar vendor dapat memperhatikan sedemikian rupa sehingga uang elektronik bisa fungsional, paling tidak dapat menjangkau hingga 90 persen kebutuhan konsumen.
Kelemahan kedua, Sri Budi mengkhawatirkan elektronifikasi dapat mendegradasi nilai-niai sosial masyarakat seperti nilai kekerabatan, kebersamaan dan gotong royong.
"Semakin sering terjadi kontak dalam transaksi, maka rasa kebersamaan dan kekerabatan akan semakin tinggi, tetapi dengan pembayaran secara elektronik, akan mendegradasi kontak kemanusiaan tersebut," ujarnya.
Dia berharap agar jiwa individualisme masyarakat tidak semakin tinggi karena elektronifikasi ini. Tidak bisa dipungkiri, setelah konsumen di Indonesia terpengaruh "Westernisasi" atau kecenderungan menganggap produk luar negeri lebih baik dibandingkan produk lokal, jiwa individualisme juga makin tinggi.
"Individualisme bisa makin tinggi karena dengan elektronifikasi menyebabkan tidak bersentuhan dengan orang lain, mandiri semuanya sehingga bisa saja menjadi tidak kenal tetangga," katanya.
Kelemahannya berikutnya, lanjut Sri Budi, perusahaan yang terlibat untuk pelaksanaan elektronifikasi juga masih sedikit, minimnya jumlah mesin untuk membaca kartu, dan masih ada kendala jaringan internet.
"Kalau konsumen sering merasa tidak puas, tentu akan lebih sulit lagi untuk mengajak menggunakan uang elektronik. Oleh karenanya, kami harapkan betul-betul fasilitas pendukung harus disiapkan," ujar Sri Budi. (LHS)