Denpasar (Antara Bali) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mempertimbangkan menurunkan tingkat suku bunga kredit setelah Bank Indonesia menurunkan "seven days repo rate" menjadi 4,75 persen.
"Ada rencana ke arah sana (penurunan suku bunga) karena (bunga) modal dana sudah turun tetapi ada hal yang dipertimbangkan lagi yaitu kami jaga nim," kata Pemimpin Wilayah BNI Denpasar, Anak Agung Gede Agung Dharmawan di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, pihaknya harus menjaga selisih bunga bersih (net interest margin atau nim) pada kisaran empat hingga enam persen.
Dia menjelaskan selain mempertimbangkan nim dan "basic rate" yaitu suku bunga acuan, pihaknya juga mempertimbangkan risiko industri dan negara serta margin yang diinginkan.
"Kalau melihat `country risk` (risiko negara) Indonesia naik, ada perkiraan bunga tidak akan turun. Kami pertimbangkan semuanya, pasar juga seperti apa," ucap Agung yang membawahi tiga provinsi yakni Bali, NTB dan NTT itu.
Meski demikian, pihaknya mengaku sebelum adaya kebijakan "seven days repo rate" dari Bank Indonesia, bank berpelat merah itu sudah menurunkan suku bunga kredit menjadi "single digit" sejak 1 April 2016.
Untuk suku bunga kredit atau pinjaman misalnya pihaknya sudah menurunkan dari 13 persen menjadi 9,95 persen untuk kredit produktif.
Kredit konsumtif untuk kepemilikan rumah atau BNI Griya juga turun dari kisaran 11-12 persen menjadi 8,5 persen.
Agung mengaku bahwa perbankan juga memeroleh keuntungan dari adanya penurunan BI "seven days repo rate" itu karena bunga deposito yang turun dari 7,25 persen menjadi 5,75 persen per tahun.
"Sekarang repo rate turun, kami yang untung," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Ada rencana ke arah sana (penurunan suku bunga) karena (bunga) modal dana sudah turun tetapi ada hal yang dipertimbangkan lagi yaitu kami jaga nim," kata Pemimpin Wilayah BNI Denpasar, Anak Agung Gede Agung Dharmawan di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, pihaknya harus menjaga selisih bunga bersih (net interest margin atau nim) pada kisaran empat hingga enam persen.
Dia menjelaskan selain mempertimbangkan nim dan "basic rate" yaitu suku bunga acuan, pihaknya juga mempertimbangkan risiko industri dan negara serta margin yang diinginkan.
"Kalau melihat `country risk` (risiko negara) Indonesia naik, ada perkiraan bunga tidak akan turun. Kami pertimbangkan semuanya, pasar juga seperti apa," ucap Agung yang membawahi tiga provinsi yakni Bali, NTB dan NTT itu.
Meski demikian, pihaknya mengaku sebelum adaya kebijakan "seven days repo rate" dari Bank Indonesia, bank berpelat merah itu sudah menurunkan suku bunga kredit menjadi "single digit" sejak 1 April 2016.
Untuk suku bunga kredit atau pinjaman misalnya pihaknya sudah menurunkan dari 13 persen menjadi 9,95 persen untuk kredit produktif.
Kredit konsumtif untuk kepemilikan rumah atau BNI Griya juga turun dari kisaran 11-12 persen menjadi 8,5 persen.
Agung mengaku bahwa perbankan juga memeroleh keuntungan dari adanya penurunan BI "seven days repo rate" itu karena bunga deposito yang turun dari 7,25 persen menjadi 5,75 persen per tahun.
"Sekarang repo rate turun, kami yang untung," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016