Gianyar (Antara Bali) - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengimbau masyarakat setempat untuk tetap melaksanakan ritual pengorbanan suci (yadnya) sesuai dengan kemampuan, karena beryadnya merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya dan mengajegkan Bali.

"Hal itu penting dilakukan, karena di tengah globalisasi saat ini banyak masyarakat yang mulai melupakan kewajibannya untuk beryadnya atau banyak yang terkena pengaruh luar untuk tidak mengindahkan budaya Bali yang yang diwarisi secara turun temurun," kata Wagub Ketut Sudikerta, Rabu malam.

Ketika menghadiri kegiatan ritual berskala besar "Piodalan Nyatur lan Mapedudusan Alit" di Pura Desa Pekraman Mawang, Desa Lodtunduh, Perkampungan Ubud, Kabupaten Gianyar, Ia mengharapkan, agar budaya Bali dalam kegiatan ritual yadnya tidak dilupakan oleh masyarakat.

Masyarakat Bali agar tetap melaksanakan kewajibanya dalam beryadnya, yang disesuaikan kemampuan ekonomi masing-masing, sehingga kegiatan ritual yang terkesan jor-joran tersebut, tidak dilakukan oleh masyarakat.

Wagub Sudikerta mengingatkan budaya beryadnya tersebut harus tetap dipelihara dan dipertahankan.

Pihaknya juga mengungkapkan apresiasinya atas ritual yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh warga Desa Mawang, Ubud.

Sementara Bendesa Adat Pekraman Mawang, Ubud Wayan Tunas, menyambut baik petunjuk yang diberikan oleh Wagub Sudikerta.
Ia mengharapkan masyarakatnya dapat meresapi yang telah disampaikan dan melaksanakannya. Terkait dengan ritual tersebut, telah dilakukan sejak 25 Oktober hingga 30 Oktober 2016.

Puncak kegiatan ritual tersebut dipimpin (dipuput) Ida Pedanda Griya Wanasari dari Griya Kemenuh, Kabupaten gianyar. Kegiatan yang melibatkan seluruh warga masyarakat tersebut juga dihadiri Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Gianyar Dewa Made Sunarta dan Perwakilan Anggota DPRD Kabupaten Gianyar. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016