Denpasar (Antara Bali) - Petani padi di Bali kini mulai mengadopsi penggunaan pupuk organik secara berimbang pada setiap musim tanam yang sebelumnya memanfaatkan pupuk kimia, khususnya urea sehingga produktivitas dan kualitas kurang maksimal.
"Padahal penggunaan pupuk urea berlebih menimbulkan biaya tinggi pada produksi padi. Syukurnya, petani kini sudah sadar dan mengadopsi teknik budidaya pemupukan padi yang berimbang," kata Kepala Perwakilan Bali-Kawasan Timur Indonesia (KTI) PT. Pupuk Kalimantan Timur Denny M. Dengah di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, pola pemupukan yang berimbang berperan penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman padi. Oleh sebab itu petani mulai menerapkan sistim tanam menggunakan pupuk berimbang.
Hal itu tercermin dari produksi gabah yang dihasilkan semakin meningkat. Bahkan perbedaan hasil padi yang menggunakan pupuk berimbang, dengan hanya mengandalkan pupuk kimia saja sangat jelas.
"Selisih berat ketika dilakukan penimbangan terpaut jauh. Jika produksi padi yang dihasilkan bisa meningkat, besar kemungkinan petani sudah menggunakan pupuk secara berimbang, baik antara pupuk organik selama masa tanam maupun pemakaian pupuk kimia dan sebaliknya," ujar Denny M. Dengah.
Ia menambahkan, jika produksi gabah menurun ditandai dengan banyaknya jumlah bulir gabah yang kosong saat panen, kemungkinan besar akibat petani hanya mengandalkan menggunakan pupuk urea.
"Demikian pula hasil panen gabah dengan pola pupuk berimbang, jika ditimbang, maka berat per karung ukuran 100 kg bisa di atas 100 kg. Namun, bila menggunakan urea saja, ketika ditimbang paling maksimal beratnya hanya 85 kg dengan ukuran karung yang sama, sehingga selisih beratnya sangat jauh," ujar Denny M. Dengah.
Kesadaran menggunakan pola tanam pupuk berimbang itu juga terlihat dari mulai menurunnya permintaan pupuk urea yang sebelumnya meningkat tajam, kini mulai meningkatnya kebutuhan pupuk organik jenis NPK Pelangi bagi petani Bali.
Tren peralihan urea ke NPK Pelangi terjadi, namun memang kondisinya perlahan-lahan.
Bali tahun 2016 mendapat alokasi pupuk urea bersubsidi mencapai 42.710 ton, NPK Pelangi bersubsidi 23.000 ton.
Sementara pola pupuk berimbang sesuai dengan anjuran pemerintah pemanfaatan pupuk organik 500 kg, NPK 300 kg dan urea 200 kg per musim tanam setiap hektare. Terkait itu pula, pihaknya membuat proyek ppercontohan di sejumlah titik di kabupaten/ kota di Bali. Proyek percontohan tersebut selama 2015 dibangun di 64 titik dengan total luasan 20,60 hektare dan pada 2016 mencapai 82 titik dengan luasan 23,09 hektare.
Proyek percontohan itu bertujuan untuk menunjukkan kepada petani bahwa menggunakan pupuk berimbang akan memaksimalkan hasil yang diperoleh setiap musim panen. ujar Denny M. Dengah. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Padahal penggunaan pupuk urea berlebih menimbulkan biaya tinggi pada produksi padi. Syukurnya, petani kini sudah sadar dan mengadopsi teknik budidaya pemupukan padi yang berimbang," kata Kepala Perwakilan Bali-Kawasan Timur Indonesia (KTI) PT. Pupuk Kalimantan Timur Denny M. Dengah di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, pola pemupukan yang berimbang berperan penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman padi. Oleh sebab itu petani mulai menerapkan sistim tanam menggunakan pupuk berimbang.
Hal itu tercermin dari produksi gabah yang dihasilkan semakin meningkat. Bahkan perbedaan hasil padi yang menggunakan pupuk berimbang, dengan hanya mengandalkan pupuk kimia saja sangat jelas.
"Selisih berat ketika dilakukan penimbangan terpaut jauh. Jika produksi padi yang dihasilkan bisa meningkat, besar kemungkinan petani sudah menggunakan pupuk secara berimbang, baik antara pupuk organik selama masa tanam maupun pemakaian pupuk kimia dan sebaliknya," ujar Denny M. Dengah.
Ia menambahkan, jika produksi gabah menurun ditandai dengan banyaknya jumlah bulir gabah yang kosong saat panen, kemungkinan besar akibat petani hanya mengandalkan menggunakan pupuk urea.
"Demikian pula hasil panen gabah dengan pola pupuk berimbang, jika ditimbang, maka berat per karung ukuran 100 kg bisa di atas 100 kg. Namun, bila menggunakan urea saja, ketika ditimbang paling maksimal beratnya hanya 85 kg dengan ukuran karung yang sama, sehingga selisih beratnya sangat jauh," ujar Denny M. Dengah.
Kesadaran menggunakan pola tanam pupuk berimbang itu juga terlihat dari mulai menurunnya permintaan pupuk urea yang sebelumnya meningkat tajam, kini mulai meningkatnya kebutuhan pupuk organik jenis NPK Pelangi bagi petani Bali.
Tren peralihan urea ke NPK Pelangi terjadi, namun memang kondisinya perlahan-lahan.
Bali tahun 2016 mendapat alokasi pupuk urea bersubsidi mencapai 42.710 ton, NPK Pelangi bersubsidi 23.000 ton.
Sementara pola pupuk berimbang sesuai dengan anjuran pemerintah pemanfaatan pupuk organik 500 kg, NPK 300 kg dan urea 200 kg per musim tanam setiap hektare. Terkait itu pula, pihaknya membuat proyek ppercontohan di sejumlah titik di kabupaten/ kota di Bali. Proyek percontohan tersebut selama 2015 dibangun di 64 titik dengan total luasan 20,60 hektare dan pada 2016 mencapai 82 titik dengan luasan 23,09 hektare.
Proyek percontohan itu bertujuan untuk menunjukkan kepada petani bahwa menggunakan pupuk berimbang akan memaksimalkan hasil yang diperoleh setiap musim panen. ujar Denny M. Dengah. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016