Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menginginkan adanya kajian alternatif pembangunan jalan di Pulau Dewata untuk mengatasi persoalan kemacetan dan mendukung sektor kepariwisataan.

"Jalan di Bali jauh lebih bagus, tetapi kita punya beban karena Bali daerah pariwisata. Jadi tidak mungkin daerah pariwisata jalannya tidak bagus dan macet yang bisa menghambat. Ini memang bukan pekerjaan ringan, karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Apa pun yang perlu dukungan dari kami, akan kami dukung," kata Pastika saat menerima audiensi rombongan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional VIII Surabaya, di Denpasar, Kamis.

Sedangkan terkait program yang akan dijalankan, ujar dia, mungkin bisa dibuat kajian tentang perbandingan pembuatan jalan "underpass" dengan "fly over", baik dari segi kelebihan-kekurangan, untung-rugi, tingkat kesukaran pengerjaan, biaya yang dibutuhkan, yang nanti konsep ini akan dicoba diperkenalkan kepada masyarakat sebagai solusi permasalahan yang sedang dihadapi, utamanya kemacetan.

Pastika pun merinci permasalahan yang dihadapi Bali saat ini terkait kondisi infrastruktur jalan. Volume jalan yang tidak bertambah tidak sebanding dengan pertambahan volume kendaraan di Bali, kemacetan pun tidak terelakkan pada ruas-ruas jalan terutama persimpangan sebidang utama di seputaran daerah Badung dan Denpasar seperti simpang empat Tohpati atau simpang enam Jl Teuku Umar.

Hal tersebutlah yang mendasari pemikiran Pastika untuk membangun persimpangan tak sebidang/fly over pada simpang searah yang menjadi titik menumpuknya volume kendaraan.

Dipilihnya rencana fly over dibandingkan underpass pun bukan tanpa alasan, diperkirakan dari segi biaya untuk fly over menelan dana lebih sedikit dibandingkan underpass, begitu pula jika dilihat dari kelemahan yang dimiliki, underpass kemungkinan banjir saat musim penghujan, walaupun sudah terdapat pompa, hal itu dirasa akan merepotkan. Sedangkan fly over hanya membutuhkan perawatan berkala.

"Setahu saya underpass itu biayanya tiga kali pembuatan fly over, waktunya lebih lama, lebih rumit, kemungkinan tergenang air saat penghujan lebih tinggi, setinggi apa pun teknologinya masih ada ancaman banjir. Biarkanlah kita mendapatkan pilihan, ya coba dululah itung-itungan kasar," ujar Pastika.

Pastika pun berharap masyarakat memahami segala tahapan panjang yang harus dilewati dalam satu proses pembangunan jalan, yang tidak serta merta bisa dibangun pada kawasan yang dianggap bisa menjadi jalur alternatif.

Jajaran Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional VIII diharapkan agar tetap bekerja secara teknis dan profesional tanpa terpengaruh urusan politik, yang seringkali pembangunan infrastruktur dimanfaatkan sebagai komoditas politik.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional VIII Surabaya I Ketut Dharmawahana mengatakan tujuan audiensi tersebut sebagai perkenalan setelah dirinya baru dilantik mengikuti perubahan struktur organisasi Direktorat Bina Marga, serta sekaligus membahas rencana program-program pembangunan jalan yang akan dilaksanakan maupun program-program yang prosesnya sudah berjalan.

Ia pun mengakui bahwa jalan di Bali sebagian besar memiliki kualitas baik, dari total ruas jalan 600 km lebih, sekitar 330 km berkualitas baik, hanya sekitar 6,10 km yang kondisinya rusak berat.

Pada kesempatan itu, ia memaparkan program-program yang akan maupun sedang dalam proses pengerjaan, seraya berharap adanya koordinasi dan tidak lanjut bersama-sama dengan jajaran Pemprov Bali agar bisa mewujudkan program yang direncanakan.(WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016