Denpasar (Antara Bali) - Bali meraih devisa sebesar 7,08 juta dolar AS dari ekspor berbagai jenis perhiasan dari bahan baku emas dan perak (permata) selama bulan Juni 2016, meningkat 39,45 persen dibanding bulan sebelumnya (Mei 2016) tercatat 5,07 juta dolar AS.
"Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya perolehan itu meningkat sebesar 53,41 persen, karena pada bulan Juni 2015 ekspor perhiasan itu hanya menghasilkan 4,61 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, ekspor perhiasan itu mampu memberikan kontribusi sebesar 14,74 persen dari total nilai ekspor Bali mencapai 48,05 juta dolar AS selama bulan Juni 2016, meningkat 15,34 persen dibanding bulan sebelumnya tercatat 41,66 juta dolar AS.
Aneka jenis perhiasan hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali yang menggunakan rancang bangun (desain) unik dan menarik serta harga yang terjangkau itu sangat diminati konsumen mancanegara.
Adi Nugroho menambahkan, pasaran Australia menyerap paling banyak yakni mencapai 35,87 persen, menyusul Singapura 18,13 persen, Amerika Serikat 15,49 persen, Hongkong 8,56 persen dan Jepang 0,13 persen.
Selain itu juga menembus pasaran Belanda 4,03 persen, Jerman 4,63 persen, Inggris 0,83 persen, Perancis 0,24 persen dan 12,09 persen sisanya menembus berbagai lainnya di belahan dunia, ujar Adi Nugroho.
Desa Celuk di Kabupaten Gianyar sebagai sentra pusat kerajinan perhiasan perak dan emas yang perajinnya berjejer di sepanjang jalan menuju kawasan wisata Bali timur. Di Desa tersebut sedikitnya terdapat 497 perajin perak dan emas.
Wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung ke Bali juga senantiasa membeli hasil kerajinan perak sebagai kenang-kenagan pulang ke daerah atau negaranya.
Perajin perhiasan perak di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar, kini mengkombinasikan penggunaan bahan lain sebagai upaya menyiasati ekonomi saat ini yang lesu.
Putu Sudi Adnyani seorang perajin perak mengaku tidak mau hanyut dalam suasana ekonomi lesu dan menyiasati dengan merubah desain, bahan ke lebih murah seperti tembaga, kuningan dan alpaka.
Selain itu untuk menjaga agar pembeli tidak bosan. Untuk itu ia mengaku kerap berinovasi dalam setiap desain yang diambil dari alam seperti daun akar, batu, hingga satwa. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya perolehan itu meningkat sebesar 53,41 persen, karena pada bulan Juni 2015 ekspor perhiasan itu hanya menghasilkan 4,61 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, ekspor perhiasan itu mampu memberikan kontribusi sebesar 14,74 persen dari total nilai ekspor Bali mencapai 48,05 juta dolar AS selama bulan Juni 2016, meningkat 15,34 persen dibanding bulan sebelumnya tercatat 41,66 juta dolar AS.
Aneka jenis perhiasan hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali yang menggunakan rancang bangun (desain) unik dan menarik serta harga yang terjangkau itu sangat diminati konsumen mancanegara.
Adi Nugroho menambahkan, pasaran Australia menyerap paling banyak yakni mencapai 35,87 persen, menyusul Singapura 18,13 persen, Amerika Serikat 15,49 persen, Hongkong 8,56 persen dan Jepang 0,13 persen.
Selain itu juga menembus pasaran Belanda 4,03 persen, Jerman 4,63 persen, Inggris 0,83 persen, Perancis 0,24 persen dan 12,09 persen sisanya menembus berbagai lainnya di belahan dunia, ujar Adi Nugroho.
Desa Celuk di Kabupaten Gianyar sebagai sentra pusat kerajinan perhiasan perak dan emas yang perajinnya berjejer di sepanjang jalan menuju kawasan wisata Bali timur. Di Desa tersebut sedikitnya terdapat 497 perajin perak dan emas.
Wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung ke Bali juga senantiasa membeli hasil kerajinan perak sebagai kenang-kenagan pulang ke daerah atau negaranya.
Perajin perhiasan perak di Desa Celuk, Kabupaten Gianyar, kini mengkombinasikan penggunaan bahan lain sebagai upaya menyiasati ekonomi saat ini yang lesu.
Putu Sudi Adnyani seorang perajin perak mengaku tidak mau hanyut dalam suasana ekonomi lesu dan menyiasati dengan merubah desain, bahan ke lebih murah seperti tembaga, kuningan dan alpaka.
Selain itu untuk menjaga agar pembeli tidak bosan. Untuk itu ia mengaku kerap berinovasi dalam setiap desain yang diambil dari alam seperti daun akar, batu, hingga satwa. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016