Denpasar (Antara Bali) - Peranan subsektor tanaman pangan di Bali dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) sebesar 95,90 persen pada bulan Juli 2016, merosot 0,84 persen dibanding bulan sebelumnya (Juni 2016) yang tercatat 96,71 persen.
"Subsektor tanaman pangan itu meliputi padi dan palawija (NTP-P) masih berada di bawah nilai 100 yang berarti nilai yang diterima petani dari hasil pertanian tanaman pangan belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, indeks harga yang diterima petani (lt) pada subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,37 persen. Penurunan tersebut terjadi pada kelompok padi sebesar 0,46 persen.
Sementara pada kelompok palawija turun sebesar 1,15 persen. Sebaliknya pada sisi lain indek harga yang dibayar petani (lb) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen.
Adi Nugroho menambahkan, kenaikan indek harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh naiknya indeks harga konsumen rumah tangga (IHKP) sebesar 0,54 persen dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,15 persen.
Harga gabah kering panen (GKP) tingkat petani di Bali sebesar 4.317,71 per kilogram pada bulan Juli 2016, meningkat 2,51 persen dari bulan sebelumnya (Juni 2016) yang tercatat 4.211,78 per kilogram.
Sementara harga gabah di tingkat penggilingan naik sebesar 1,61 persen dari Rp4.319,61 per kilogram menjadi Rp4.389,07 per kilogram.
Harga gabah di tingkat petani dan dan penggilingan di Bali itu berada di atas harga patokoan pemerintah (HPP) yang berlaku sejak Mei 2015 untuk di tingkat petani sebesar Rp3.700 per kg dan di tingkat penggilingan Rp3.750 per kg.
Hasil pemantauan harga gabah tersebut dilakukan ditujuh kabupaten di Bali yang meliputi Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng.
Adi Nugroho menjelaskan, subsektor tanaman pangan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali. Dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali, dua di antaranya mengalami kenaikan dan tiga subsektor mengalami penurunan.
Tiga subsektor yang mengalami penurunan selain subsektor tanaman pangan juga subsektor perikanan 0,41 persen dan subsektor peternakan 0,73 persen.
Sedangkan kedua subsektor yang mengalami peningkatan terdiri atas subsektor hortikultura 0,89 persen dan tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,38 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Subsektor tanaman pangan itu meliputi padi dan palawija (NTP-P) masih berada di bawah nilai 100 yang berarti nilai yang diterima petani dari hasil pertanian tanaman pangan belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, indeks harga yang diterima petani (lt) pada subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,37 persen. Penurunan tersebut terjadi pada kelompok padi sebesar 0,46 persen.
Sementara pada kelompok palawija turun sebesar 1,15 persen. Sebaliknya pada sisi lain indek harga yang dibayar petani (lb) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen.
Adi Nugroho menambahkan, kenaikan indek harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh naiknya indeks harga konsumen rumah tangga (IHKP) sebesar 0,54 persen dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,15 persen.
Harga gabah kering panen (GKP) tingkat petani di Bali sebesar 4.317,71 per kilogram pada bulan Juli 2016, meningkat 2,51 persen dari bulan sebelumnya (Juni 2016) yang tercatat 4.211,78 per kilogram.
Sementara harga gabah di tingkat penggilingan naik sebesar 1,61 persen dari Rp4.319,61 per kilogram menjadi Rp4.389,07 per kilogram.
Harga gabah di tingkat petani dan dan penggilingan di Bali itu berada di atas harga patokoan pemerintah (HPP) yang berlaku sejak Mei 2015 untuk di tingkat petani sebesar Rp3.700 per kg dan di tingkat penggilingan Rp3.750 per kg.
Hasil pemantauan harga gabah tersebut dilakukan ditujuh kabupaten di Bali yang meliputi Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng.
Adi Nugroho menjelaskan, subsektor tanaman pangan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali. Dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali, dua di antaranya mengalami kenaikan dan tiga subsektor mengalami penurunan.
Tiga subsektor yang mengalami penurunan selain subsektor tanaman pangan juga subsektor perikanan 0,41 persen dan subsektor peternakan 0,73 persen.
Sedangkan kedua subsektor yang mengalami peningkatan terdiri atas subsektor hortikultura 0,89 persen dan tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,38 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016