Singaraja (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengirimkan bantuan untuk keluarga Ketut Simpen Ada, salah satu keluarga tidak mampu yang tinggal terisolasi di daerah perbukitan di Desa Sudaji Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng.
"Untuk sementara kami menyalurkan bantuan dari Bapak Gubernur berupa beras dan uang tunai, guna meringankan beban hidup keluarga ini untuk beberapa hari ke depan," kata Kasubag Penyaringan dan Pengolahan Informasi Kemasyarakatan Biro Humas Bali Nyoman Darsana di sela penyerahan bantuan tersebut di Singaraja, Buleleng, Selasa.
Menurut Darsana, untuk bantuan selanjutnya akan dikoordinasikan dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait.
"Kami harapkan masyarakat yang mampu dapat meningkatkan kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan," ujarnya.
Keluarga Ketut Simpen Ada (33) dan Ni Putu Mariani (30), beserta dua buah hatinya Gede Darmanta (6) dan Kadek Agus Arianta (1), hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka harus tinggal di sebuah gubuk tak layak huni, berlantai tanah, berdinding papan kayu, beratapkan seng bekas dan terpal.
Keluarga miskin ini hidup terisolasi di atas tanah yang merupakan milik tetangga yang mempekerjakannya sebagai tukang petik cengkih.
Tim saat menyambangi lokasi hanya bertemu dengan istri Simpen yaitu Ni Putu Mariani, sedangkan Simpen sendiri sedang pergi bekerja.
Menurut Mariani, suaminya bekerja sebagai tukang petik cengkih saat musim panen di tanah yang ditempati, dengan upah Rp30.000 per hari, dan selanjutnya bekerja serabutan saat panen usai.
Ukuran upah ini sangat minim jika untuk menghidupi empat orang, dan keadaan itu pun diperparah karena anak pertamanya Gede Darmanta mengidap kelainan saraf sejak lahir.
Sakit yang diderita yang menyebabkan Darmanta belum bisa berjalan, membuatnya harus dipangku setiap saat. Keadaan itu pun memaksa Mariani hanya diam dirumah untuk mengasuh dan menjaga anaknya sehingga tidak bisa membantu suami mencari penghidupan.
Ia pun mengaku sudah mengajak anaknya berobat medis dan nonmedis, namun hingga saat ini belum tampak ada perubahan. Ia mengaku hanya bisa pasrah. "Saya punya tanah bagian dari warisan orang tua. Tetapi sementara saya belum punya uang untuk membangun makanya lebih baik nyakap agar saya dapat rezeki. Anak saya juga sakit, gimana saya bisa bangun rumah. Upah suami saya hanya cukup untuk makan," ujar Mariani.
Tak banyak yang diharapkannya, Mariani hanya ingin pemerintah bisa memberikannya bantuan bedah rumah.
Kepala Dusun Kaja Kauh, I Nyoman Kerta Masyada mengatakan keluarga Simpen merupakan salah satu KK miskin di antara 91 KK miskin di dusun itu.
Dusun dengan jumlah KK sekitar 360 KK itu, memiliki angka kemiskinan yang cukup tinggi karena sebagian penduduknya merupakan penggarap lahan.
Kerta menjelaskan keluarga Simpen setiap bulannya rutin mendapat jatah raskin, sudah memiliki kartu JKBM, bahkan sudah diajukan sebagai calon penerima bantuan bedah rumah tahun ini.
Ia berharap keluarga Simpen bisa segera dibantu mendapatkan bantuan bedah rumah. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Untuk sementara kami menyalurkan bantuan dari Bapak Gubernur berupa beras dan uang tunai, guna meringankan beban hidup keluarga ini untuk beberapa hari ke depan," kata Kasubag Penyaringan dan Pengolahan Informasi Kemasyarakatan Biro Humas Bali Nyoman Darsana di sela penyerahan bantuan tersebut di Singaraja, Buleleng, Selasa.
Menurut Darsana, untuk bantuan selanjutnya akan dikoordinasikan dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait.
"Kami harapkan masyarakat yang mampu dapat meningkatkan kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan," ujarnya.
Keluarga Ketut Simpen Ada (33) dan Ni Putu Mariani (30), beserta dua buah hatinya Gede Darmanta (6) dan Kadek Agus Arianta (1), hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka harus tinggal di sebuah gubuk tak layak huni, berlantai tanah, berdinding papan kayu, beratapkan seng bekas dan terpal.
Keluarga miskin ini hidup terisolasi di atas tanah yang merupakan milik tetangga yang mempekerjakannya sebagai tukang petik cengkih.
Tim saat menyambangi lokasi hanya bertemu dengan istri Simpen yaitu Ni Putu Mariani, sedangkan Simpen sendiri sedang pergi bekerja.
Menurut Mariani, suaminya bekerja sebagai tukang petik cengkih saat musim panen di tanah yang ditempati, dengan upah Rp30.000 per hari, dan selanjutnya bekerja serabutan saat panen usai.
Ukuran upah ini sangat minim jika untuk menghidupi empat orang, dan keadaan itu pun diperparah karena anak pertamanya Gede Darmanta mengidap kelainan saraf sejak lahir.
Sakit yang diderita yang menyebabkan Darmanta belum bisa berjalan, membuatnya harus dipangku setiap saat. Keadaan itu pun memaksa Mariani hanya diam dirumah untuk mengasuh dan menjaga anaknya sehingga tidak bisa membantu suami mencari penghidupan.
Ia pun mengaku sudah mengajak anaknya berobat medis dan nonmedis, namun hingga saat ini belum tampak ada perubahan. Ia mengaku hanya bisa pasrah. "Saya punya tanah bagian dari warisan orang tua. Tetapi sementara saya belum punya uang untuk membangun makanya lebih baik nyakap agar saya dapat rezeki. Anak saya juga sakit, gimana saya bisa bangun rumah. Upah suami saya hanya cukup untuk makan," ujar Mariani.
Tak banyak yang diharapkannya, Mariani hanya ingin pemerintah bisa memberikannya bantuan bedah rumah.
Kepala Dusun Kaja Kauh, I Nyoman Kerta Masyada mengatakan keluarga Simpen merupakan salah satu KK miskin di antara 91 KK miskin di dusun itu.
Dusun dengan jumlah KK sekitar 360 KK itu, memiliki angka kemiskinan yang cukup tinggi karena sebagian penduduknya merupakan penggarap lahan.
Kerta menjelaskan keluarga Simpen setiap bulannya rutin mendapat jatah raskin, sudah memiliki kartu JKBM, bahkan sudah diajukan sebagai calon penerima bantuan bedah rumah tahun ini.
Ia berharap keluarga Simpen bisa segera dibantu mendapatkan bantuan bedah rumah. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016