Negara (Antara Bali) - Simpatisan pasangan I Gede Ngurah Patriana Krisna-I Ketut Subanda (PAS) meminta kembali bantuan ke sebuah musala di Dusun Terusan, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, karena TPS-TPS di daerah itu PAS kalah dalam pilkada.
Ketua Musala Nurul Shalawat, Muhammad Rawi saat dikonfirmasi di Negara, Kamis membenarkan adanya kasus itu. Ia mengaku merasa aneh dan menyayangkan kenapa bantuan yang sudah diberikan ditarik lagi.
"Saya dan warga tidak menuntut maupun protes, karena sedari awal kami memang tidak meminta bantuan ke kandidat manapun. Tapi terasa aneh juga atas kejadian ini," katanya.
Bendahara Musala Nurul Shalawat, Asmaudin saat ditanya alasan simpatisan itu meminta kembali dana bantuan tersebut hanya bisa menduga-duga.
"Mungkin karena di TPS-TPS di dusun ini PAS kalah," ujarnya.
Informasi lain menyebutkan, sebelum hari pemungutan suara, Patriana berkunjung ke dusun tersebut dan memberikan bantuan dana untuk tiga musala, diantaranya Mushola Nurul Shalawat.
Sehari setelah penghitungan suara, atau pada Selasa, 28 Desember 2010, mendadak salah satu simpatisan di dusun itu mendatangi Asmaudin dan terang-terangan minta agar dana sumbangan dari PAS sebesar Rp500 ribu diserahkan kepadanya.
Tidak mau berpanjang lebar soal dana itu, Asmaudin mengembalikan uang tersebut.
Sementara salah satu tim kampanye PAS, I Putu Kamawijaya saat dihubungi membantah adanya instruksi dari pihaknya untuk menarik bantuan yang sudah diberikan.
"Tidak mungkin kami melakukan itu, apalagi itu bantuan untuk tempat ibadah. Bisa kualat kami," katanya.
Ia menilai, yang meminta kembali bantuan itu adalah oknum dan untuk kepentingan pribadi.
"Masak dulu yang ngasih kandidat, terus orang lain yang mengambilnya kembali. Saran saya jangan dikasihkan," ujarnya.
Saat diberitahu dana bantuan itu sudah diserahkan kembali, anggota DPRD Jembrana dari Fraksi Demokrat ini menyarankan pihak pengurus musala untuk memintanya kembali.
Atas kejadian ini Rawi maupun Asmaudin menegaskan, mereka tidak akan meminta kembali dana tersebut.
"Ini juga menyangkut kehormatan, biar saja yang penting masyarakat perlu tahu musala di sini tidak mendapat bantuan dari kandidat," ujar Rawi.
Sehari-hari Musala Nurul Shalawat digunakan untuk kegiatan keagamaan oleh 30 KK sekitar.
Ketua Panwaslu Jembrana I Wayan Wasa saat dihubungi mengatakan, kejadian ini bukan termasuk pelanggaran.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
Ketua Musala Nurul Shalawat, Muhammad Rawi saat dikonfirmasi di Negara, Kamis membenarkan adanya kasus itu. Ia mengaku merasa aneh dan menyayangkan kenapa bantuan yang sudah diberikan ditarik lagi.
"Saya dan warga tidak menuntut maupun protes, karena sedari awal kami memang tidak meminta bantuan ke kandidat manapun. Tapi terasa aneh juga atas kejadian ini," katanya.
Bendahara Musala Nurul Shalawat, Asmaudin saat ditanya alasan simpatisan itu meminta kembali dana bantuan tersebut hanya bisa menduga-duga.
"Mungkin karena di TPS-TPS di dusun ini PAS kalah," ujarnya.
Informasi lain menyebutkan, sebelum hari pemungutan suara, Patriana berkunjung ke dusun tersebut dan memberikan bantuan dana untuk tiga musala, diantaranya Mushola Nurul Shalawat.
Sehari setelah penghitungan suara, atau pada Selasa, 28 Desember 2010, mendadak salah satu simpatisan di dusun itu mendatangi Asmaudin dan terang-terangan minta agar dana sumbangan dari PAS sebesar Rp500 ribu diserahkan kepadanya.
Tidak mau berpanjang lebar soal dana itu, Asmaudin mengembalikan uang tersebut.
Sementara salah satu tim kampanye PAS, I Putu Kamawijaya saat dihubungi membantah adanya instruksi dari pihaknya untuk menarik bantuan yang sudah diberikan.
"Tidak mungkin kami melakukan itu, apalagi itu bantuan untuk tempat ibadah. Bisa kualat kami," katanya.
Ia menilai, yang meminta kembali bantuan itu adalah oknum dan untuk kepentingan pribadi.
"Masak dulu yang ngasih kandidat, terus orang lain yang mengambilnya kembali. Saran saya jangan dikasihkan," ujarnya.
Saat diberitahu dana bantuan itu sudah diserahkan kembali, anggota DPRD Jembrana dari Fraksi Demokrat ini menyarankan pihak pengurus musala untuk memintanya kembali.
Atas kejadian ini Rawi maupun Asmaudin menegaskan, mereka tidak akan meminta kembali dana tersebut.
"Ini juga menyangkut kehormatan, biar saja yang penting masyarakat perlu tahu musala di sini tidak mendapat bantuan dari kandidat," ujar Rawi.
Sehari-hari Musala Nurul Shalawat digunakan untuk kegiatan keagamaan oleh 30 KK sekitar.
Ketua Panwaslu Jembrana I Wayan Wasa saat dihubungi mengatakan, kejadian ini bukan termasuk pelanggaran.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010