Denpasar (Antara Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menilai pengembangan kota cerdas atau "smart city" yang berpotensi diterapkan di sembilan kabupaten/kota di Pulau Dewata mampu memacu ekonomi setempat.
"Melalui pengembangan `smart city`, volume transaksi keuangan secara non-tunai akan mengalami peningkatan sehingga semua transaksi akan tercatat dan terdata dengan baik sehingga pada gilirannya akan mendorong peningkatan akurasi penghitungan nilai ekonomi yang mendekati nilai riil," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, pengembangan kota cerdas berbasis teknologi informasi itu juga akan mendorong volume perdagangan, akses pasar, tumbuhnya wirausaha muda yang memanfaatkan transaksi dalam jaringan lebih luas baik antardaerah dan luar negeri.
Pengembangan transportasi massal yang efisien dan praktis akan mendorong kelancaran distribusi barang dan arus penumpang yang diharapkan mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi.
Dalam tata kelola pemerintahan, pengurusan perizinan dan bisnis akan menjadi lebih transparan dan akuntabel karena "smart city" memanfaatkan teknologi yang lebih efisien.
Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang telah mengembangkan konsep kota cerdas tersebut yang diharapkan menjawab tantangan terkait ketersediaan fasilitas penunjang seperti infrastruktur yang mendesak ditambah dengan jumlah penduduk 880,6 ribu jiwa diiringi dengan peningkatan urbanisasi dan turisme.
Beberapa implementasi "smart citry" di ibu kota Provinsi Bali itu di antaranya "sightseeing", taman pintar, Pro Denpasar (layanan pengaduan dalam jaringan), "e-commerce" tingkat kecamatan, ATM sampah dan Area Traffic Control System (ATCS) yang memantau kepadatan lalu lintas di Denpasar.
Bila dibandingkan dengan dua kota di kawasan Timur Indonesia yakni Manado dan Makassar yang juga mengembangkan "Smart City", BI menilai Denpasar telah mencapai tingkat kematangan tersebar dan lebih lengkap sedangkan dua kota lainnya masih dalam tahap inisiatif dan parsial.
Dewi lebih lanjut menjelaskan bahwa bank sentral telah melakukan penilaian implementasi kota cerdas itu dengan menggunakan analisis SWOT yang menyatakan bahwa implementasi itu telah didukung komitmen pemerintah dan infrastruktur yang memadai.
Meski demikian masih ada tantangan yang dihadapi yakni menyangkut pembebasan lahan untuk pembangunan dukungan jaringan teknologi informasi dan komunikasi.
"Untuk mencapai tingkat kematangan tertinggi, maka diperlukan komitmen bersama antarsatuan kerja perangkat daerah dan peningkatan kerja sama dari seluruh pemangku kebijakan terkait sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dan mentransformasi tantangan dan kelemahan menjadi kelebihan," ucap Dewi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Melalui pengembangan `smart city`, volume transaksi keuangan secara non-tunai akan mengalami peningkatan sehingga semua transaksi akan tercatat dan terdata dengan baik sehingga pada gilirannya akan mendorong peningkatan akurasi penghitungan nilai ekonomi yang mendekati nilai riil," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, pengembangan kota cerdas berbasis teknologi informasi itu juga akan mendorong volume perdagangan, akses pasar, tumbuhnya wirausaha muda yang memanfaatkan transaksi dalam jaringan lebih luas baik antardaerah dan luar negeri.
Pengembangan transportasi massal yang efisien dan praktis akan mendorong kelancaran distribusi barang dan arus penumpang yang diharapkan mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi.
Dalam tata kelola pemerintahan, pengurusan perizinan dan bisnis akan menjadi lebih transparan dan akuntabel karena "smart city" memanfaatkan teknologi yang lebih efisien.
Kota Denpasar merupakan salah satu kota yang telah mengembangkan konsep kota cerdas tersebut yang diharapkan menjawab tantangan terkait ketersediaan fasilitas penunjang seperti infrastruktur yang mendesak ditambah dengan jumlah penduduk 880,6 ribu jiwa diiringi dengan peningkatan urbanisasi dan turisme.
Beberapa implementasi "smart citry" di ibu kota Provinsi Bali itu di antaranya "sightseeing", taman pintar, Pro Denpasar (layanan pengaduan dalam jaringan), "e-commerce" tingkat kecamatan, ATM sampah dan Area Traffic Control System (ATCS) yang memantau kepadatan lalu lintas di Denpasar.
Bila dibandingkan dengan dua kota di kawasan Timur Indonesia yakni Manado dan Makassar yang juga mengembangkan "Smart City", BI menilai Denpasar telah mencapai tingkat kematangan tersebar dan lebih lengkap sedangkan dua kota lainnya masih dalam tahap inisiatif dan parsial.
Dewi lebih lanjut menjelaskan bahwa bank sentral telah melakukan penilaian implementasi kota cerdas itu dengan menggunakan analisis SWOT yang menyatakan bahwa implementasi itu telah didukung komitmen pemerintah dan infrastruktur yang memadai.
Meski demikian masih ada tantangan yang dihadapi yakni menyangkut pembebasan lahan untuk pembangunan dukungan jaringan teknologi informasi dan komunikasi.
"Untuk mencapai tingkat kematangan tertinggi, maka diperlukan komitmen bersama antarsatuan kerja perangkat daerah dan peningkatan kerja sama dari seluruh pemangku kebijakan terkait sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dan mentransformasi tantangan dan kelemahan menjadi kelebihan," ucap Dewi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016