Denpasar (Antara Bali) - Peran subsektor hortikultura (NTP-H) dalam pembentukan nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Bali selama bulan Maret 2015 menurun sebesar 0,73 persen dari 104,96 persen pada bulan Februari 2016 menjadi 104,20 persen.

"Penurunan tersebut akibat indeks yang diterima petani (lt) mengalami kemerosotan sebesar 0,45 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Adi Nugroho di Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan, sedangkan indeks harga yang harus dibayar petani (lb) pada kurun waktu yang sama mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen.

Penurunan yang terjadi pada indeks yang diterima petani dipengaruhi oleh turunnya harga pada kelompok buah-buahan sebesar 1,82 persen, meskipun terjadi kenaikan pada kelompok sayur mayur sebesar 2,28 persen dan tanaman obat 0,99 persen.

Adi Nugroho menambahkan, beberapa komoditas yang memberikan andil terhadap indeks yang diterima petani antara lain jeruk, pisang, wortel, salak, kubis, kol dan mangga.

Sedangkan kenaikan indeks harga yang harus dibayar petani berkat naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,31 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,21 persen.

Adi Nugroho menjelaskan, subsektor hortikultura merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas empat subsektor mengalami penurunan dan satu-satunya sektor peternakan yang mengalami peningkatan.

Empat subsektor yang mengalami penurunan selain subsektor hortikultura juga tanaman pangan menurun 1,59 persen, tanaman perkebunan rakyat 0,27 persen dan subsektor perikanan 1,49 persen.

Satu-satunya subsektor peternakan yang terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil ternak lainnya mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen, ujar Adi Nugroho.(WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016