Denpasar (Antara Bali) - Subsektor hortikultura (NTP-H) dalam pembentukan nilai tukar petani (NTP) Bali perannya meningkat sebesar 0,53 persen dari 104,41 persen bulan Januari 2016 menjadi 104,96 persen pada Februari 2016.

"Kenaikan itu berkat indeks yang diterima petani (lt) mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Adi Nugroho di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan, sedangkan indeks harga yang harus dibayar petani (lb) mengalami kenaikan lebih kecil yakni sebesar 0,24 persen.

Kenaikan yang terjadi pada indeks yang diterima petani dipengaruhi oleh naiknya harga hampir pada semua kelompok, kecuali tanaman obat-obatan yang turun 1,87 persen.

Adi Nugroho menambahkan, kelompok sayur mayur mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen dan kelompok buah-buahan 0,99 persen.

Beberapa komoditas yang memberikan andil terhadap kenaikan indeks yang diterima petani antara lain pisang, tomat, cabai merah dan kacang panjang.

Sementara itu kenaikan yang terjadi pada indeks harga yang harus dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,33 persen, meskipun terjadi penurunan pada biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,02 persen.

Adi Nugroho menjelaskan, hortikultura merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas empat subsektor mengalami kenaikan dan hanya subsektor tanaman pangan yang mengalami penurunan.

Keempat subsektor yang mengalami kenaikan selain hortikultura juga subsektor perikanan sebesar 0,74 persen, tanaman perkebunan rakyat 0,07 persen dan subsektor peternakan 1,02 persen.

Satu-satunya subsektor tanaman pangan yang mengalami penurunan sebesar 0,19 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016