Denpasar (Antara Bali) - Subsektor hortikultura (NTP-H) dalam pembentukan nilai tukar petani (NTP) Bali andilnya meningkat sebesar 1,33 persen dari 103,05 persen selama bulan Desember 2015 menjadi 104,41 persen pada Januari 2016.

"Kenaikan itu berkat indeks yang diterima petani (lt) mengalami kenaikan sebesar 2,17 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, sedangkan indeks harga yang harus dibayar petani (lb) mengalami kenaikan lebih kecil yakni hanya sebesar 0,83 persen. Kenaikan yang terjadi pada indeks yang diterima petani dipengaruhi oleh naiknya harga pada semua kelompok yakni sayur mayur sebesar 2,02 persen.

Selain itu juga kelompok buah-buahan naik sebesar 2,25 persen dan tanaman obat 0,44 persen. Secara umum beberapa komoditas yang memberikan andil kenaikan terhadap indeks yang diterima petani antara lain jeruk, pisang, cabai merah, tomat dan cabai rawit.

Adi Nugroho menjelaskan, kenaikan yang terjadi pada indeks harga yang harus dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,97 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,42 persen.

Subsektor hortikultura merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas empat subsektor mengalami penurunan dan satu lagi mengalami peningkatan.

Satu-satunya subsektor yang peranannya meningkat adalah tanaman hortikultura dan keempat subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor tanaman pangan 0,68 persen, tanaman perkebunan 0,75 persen, peternakan 0,48 persen dan subsektor perikanan 0,25 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016