Mangupura (Antara Bali) - Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Badung, Bali bisa mengatasi sampah kiriman berupa rumput laut di pesisir Pantai Nusa Dua dengan menurunkan tim unit reaksi cepat beberapa waktu lalu.
"Tim Unit Reaksi Cepat (URC) kami sudah bekerja optimal sejak Senin (4/1) lalu untuk membersihkan sampah kiriman itu, sehingga personel kami tarik kembali, karena sudah mampu mengatasinya," kata Kepala DKP Badung, Putu Eka Merthawan, di Badung, Rabu.
Ia menuturkan, sebelumnya sampah plastik sempat membludak mencapai 135 ton di kawasan pesisir pantai pihaknya melakukan upaya pembersihan sampah kiriman itu.
Dalam upaya itu, pihaknya mengerahkan 50 orang tim URC per harinya untuk mengatasi sampah kiriman yang didominasi rumput laut itu akibat terhempas angin siklon barat.
"Dari semua sampah rumput laut yang berhasil dibersihkan, sekitar 25 persen rumput laut yang terhempas ke pesisir pantai itu masih dapat dikonsumsi," ujarnya.
Menurut dia, sampah kiriman itu dapat menjadi ancaman serius, karena sampah yang datang berupa sampah organik.
"Apabila dalam waktu 24 jam sampah sampah rumput laut itu tidak diambil, maka menyebarkan bau tidak sedap," ujarnya.
Pihaknya memperkirakan, sampah rumput laut itu berasal dari Nusa Penida, Klungkung, Bali yang terbawa gelombang air laut hingga ke Nusa Dua.
Namun, saat ini sudah bisa teratasi karena volume sampah juga telah menurun.
Selama empat tahun terakhir pada musim hujan, pesisir pantai yang ada di Kabupaten Badung rutin mendapat kiriman sampah sejak akhir tahun 2015.
"Penanganan sampah memang cukup sulit, karena masih menggunakan pola manual. Sebab, keterbatasan alat. Kami hanya punya tiga loader, tidak mungkin mampu mengatasi sampah yang ratusan ton setiap hari," katanya. (NWD)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Tim Unit Reaksi Cepat (URC) kami sudah bekerja optimal sejak Senin (4/1) lalu untuk membersihkan sampah kiriman itu, sehingga personel kami tarik kembali, karena sudah mampu mengatasinya," kata Kepala DKP Badung, Putu Eka Merthawan, di Badung, Rabu.
Ia menuturkan, sebelumnya sampah plastik sempat membludak mencapai 135 ton di kawasan pesisir pantai pihaknya melakukan upaya pembersihan sampah kiriman itu.
Dalam upaya itu, pihaknya mengerahkan 50 orang tim URC per harinya untuk mengatasi sampah kiriman yang didominasi rumput laut itu akibat terhempas angin siklon barat.
"Dari semua sampah rumput laut yang berhasil dibersihkan, sekitar 25 persen rumput laut yang terhempas ke pesisir pantai itu masih dapat dikonsumsi," ujarnya.
Menurut dia, sampah kiriman itu dapat menjadi ancaman serius, karena sampah yang datang berupa sampah organik.
"Apabila dalam waktu 24 jam sampah sampah rumput laut itu tidak diambil, maka menyebarkan bau tidak sedap," ujarnya.
Pihaknya memperkirakan, sampah rumput laut itu berasal dari Nusa Penida, Klungkung, Bali yang terbawa gelombang air laut hingga ke Nusa Dua.
Namun, saat ini sudah bisa teratasi karena volume sampah juga telah menurun.
Selama empat tahun terakhir pada musim hujan, pesisir pantai yang ada di Kabupaten Badung rutin mendapat kiriman sampah sejak akhir tahun 2015.
"Penanganan sampah memang cukup sulit, karena masih menggunakan pola manual. Sebab, keterbatasan alat. Kami hanya punya tiga loader, tidak mungkin mampu mengatasi sampah yang ratusan ton setiap hari," katanya. (NWD)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016