Denpasar (Antara Bali) - Bali mengalami inflasi sebesar 2,75 persen selama tahun 2015, angka terendah selama 20 tahun terakhir, berkat kerja keras yang sinergi antara tim penanggulangan inflasi daerah (TPID) dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait di daerah ini.
"Inflasi di bawah tiga persen itu sudah diprediksikan sebelumnya, karena bulan November 2015 masih dibawah dua persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, inflasi tersebut disumbangkan oleh Kota Denpasar 2,70 persen dan Kota Singaraja 2,99 persen.
Kondisi tersebut sekaligus menunjukkan bahwa inflasi Bali berada di bawah target dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Bali yang dipatok 4,4 persen - 4,74 persen pada 2015.
Dengan demikian inflasi Bali yang hanya 2,75 persen merupakan prestasi, karena indeks pertubuhan inflasi yang terendah salama dua dasa warsa.
Panasunan Siregar menjelaskan, inflasi di Kota Denpasar pada bulan Desember 2015 sebesar 0,95 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 119,58 dan di Kota Singaraja 1,54 persen dengan IHK 129,20 persen.
Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada enam kelompok pengeluaran yang meliputi kelompok bahan makanan 2,72 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 1,26 persen.
Selain itu juga kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,71 persen, kelompok kesehatan 0,27 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,16 persen.
Demikian pula kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai 0,03persen. Hanya kelompok sandang yang mengalami deflasi mencapai 0,24 persen, ujar Panasunan Siregar.
Komoditas yang mengalami peningkatan harga antara lain tarif listrik, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, beras, dan air kemasan.
Sementara beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga meliputi minyak goreng, ikan kembung, jagung manis, sawi hijau, bensin non subsidi, dan emas perhiasan. Pada bulan Desember 2015 kelompok komoditas yang memberikan sumbangan terhadap inflasi adalah bahan makanan dengan andil sebesar 0,5195 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,1975 persen.
Demikian juga kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,1882 persen, kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,0290 persen, kelompok kesehatan 0,0161persen serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,0030 persen.
Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei tercatat seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 2,87 persen dan terendah di Cirebon 0,27 persen. Jika diurutkan dari inflasi tertinggi, maka Denpasar menempati urutan ke-42 dari 82 kota yang mengalami inflasi padaDesember 2015, ujar Panasunan Siregar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Inflasi di bawah tiga persen itu sudah diprediksikan sebelumnya, karena bulan November 2015 masih dibawah dua persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, inflasi tersebut disumbangkan oleh Kota Denpasar 2,70 persen dan Kota Singaraja 2,99 persen.
Kondisi tersebut sekaligus menunjukkan bahwa inflasi Bali berada di bawah target dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Bali yang dipatok 4,4 persen - 4,74 persen pada 2015.
Dengan demikian inflasi Bali yang hanya 2,75 persen merupakan prestasi, karena indeks pertubuhan inflasi yang terendah salama dua dasa warsa.
Panasunan Siregar menjelaskan, inflasi di Kota Denpasar pada bulan Desember 2015 sebesar 0,95 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 119,58 dan di Kota Singaraja 1,54 persen dengan IHK 129,20 persen.
Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada enam kelompok pengeluaran yang meliputi kelompok bahan makanan 2,72 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 1,26 persen.
Selain itu juga kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,71 persen, kelompok kesehatan 0,27 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,16 persen.
Demikian pula kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencapai 0,03persen. Hanya kelompok sandang yang mengalami deflasi mencapai 0,24 persen, ujar Panasunan Siregar.
Komoditas yang mengalami peningkatan harga antara lain tarif listrik, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, beras, dan air kemasan.
Sementara beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga meliputi minyak goreng, ikan kembung, jagung manis, sawi hijau, bensin non subsidi, dan emas perhiasan. Pada bulan Desember 2015 kelompok komoditas yang memberikan sumbangan terhadap inflasi adalah bahan makanan dengan andil sebesar 0,5195 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,1975 persen.
Demikian juga kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,1882 persen, kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,0290 persen, kelompok kesehatan 0,0161persen serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,0030 persen.
Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei tercatat seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 2,87 persen dan terendah di Cirebon 0,27 persen. Jika diurutkan dari inflasi tertinggi, maka Denpasar menempati urutan ke-42 dari 82 kota yang mengalami inflasi padaDesember 2015, ujar Panasunan Siregar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016