Mataram (Antara Bali) - Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (JK) mengatakan,
Republik Indonesia dapat bermartabat secara lengkap bila mencapai tiga
hal secara optimal, yaitu dalam bidang politik, ekonomi, dan
sosial-budaya (poleksosbud).
"Bermartabat bukan hanya di bidang politik, tapi martabat baru lengkap kalau tercapai tiga hal, yaitu berdaulat di bidang politik, budaya, dan unggul di bidang ekonomi," kata Wapres JK dalam acara Muktamar VI dan Milad ke-25 ICMI yang digelar di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu.
Menurut Wapres, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) lahir dari kegelisahan yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa pada 7 Desember 1990 di Malang, Jawa Timur, yang awalnya guna mengingatkan pentingnya persatuan di antara kaum terpelajar umat.
Wapres juga teringat bahwa ketika itu istilah yang akan digunakan sarjana atau cendekiawan, dan akhirnya dipilih cendekiawan karena memiliki makna yang lebih tinggi dan lebih luas.
"Gelar tidak dibutuhkan, tetapi lebih diperhatikan bobot," kata Wapres Kalla.
Namun, menurut Wapres, tentu saja harus dimaklumi bahwa kondisi politik yang ada saat itu berbeda dengan situasi pada masa kini.
Perbedaan itu, menurut Wapres, antara lain saat Presiden Soeharto pada masa Orde Baru menekankan martabat Indonesia di dalam pertumbuhan perekonomian yang tinggi, pemerataan ke seluruh wilayah, dan stabilitas sosial-politik.
Meski berbeda, dikemukakan Wapres Kalla, tetapi saat ini penting pula untuk memiliki prinsip yang sama untuk meningkatkan semangat ke-Islaman dalam mencapai cita-cita bangsa.
Selain itu, Wapres juga menekankan pentingnya penyebaran pemikiran moderat dan perlunya memahami pemikiran moderat ICMI.
Dalam bidang politik saat ini, menurut Wapres JK, tidak ada lagi perbedaan antara partai Islam dan partai nasional karena para pemimpin partainya telah menunaikan ibadah haji.
Wapres memberi contoh lainnya berupa identitas ke-Islaman yang tidak lagi diragukan untuk muncul saat ini, seperti jilbab bagi mahasiswi yang masa kini tidak hanya terbatas ada di institut agama, tetapi juga telah sama tersebar luas di seluruh lembaga pendidikan negeri di Tanah Air.
Dalam acara tersebut, juga dilakukan penandatanganan MoU (Nota Kesepahaman) antara Yayasan Abdi Bangsa dengan Gerakan Guru Berkualitas ICMI tentang peningkatan mutu guru di sekolah-sekolah agama dan guru-guru agama di sekolah umum yang pendapatannya tidak mencukupi kehidupannya.
ICMI dalam muktamarnya di NTB, 11-13 Desember 2015, yang sekaligus menandai milad ke-25 mengagendakan pembuatan peta jalan menuju Indonesia yang lebih bermartabat.
"ICMI berusaha mengedepankan peta jalan Indonesia yang bisa lebih bermartabat," kata Ketua Presidium ICMI, Sugiharto. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Bermartabat bukan hanya di bidang politik, tapi martabat baru lengkap kalau tercapai tiga hal, yaitu berdaulat di bidang politik, budaya, dan unggul di bidang ekonomi," kata Wapres JK dalam acara Muktamar VI dan Milad ke-25 ICMI yang digelar di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu.
Menurut Wapres, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) lahir dari kegelisahan yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa pada 7 Desember 1990 di Malang, Jawa Timur, yang awalnya guna mengingatkan pentingnya persatuan di antara kaum terpelajar umat.
Wapres juga teringat bahwa ketika itu istilah yang akan digunakan sarjana atau cendekiawan, dan akhirnya dipilih cendekiawan karena memiliki makna yang lebih tinggi dan lebih luas.
"Gelar tidak dibutuhkan, tetapi lebih diperhatikan bobot," kata Wapres Kalla.
Namun, menurut Wapres, tentu saja harus dimaklumi bahwa kondisi politik yang ada saat itu berbeda dengan situasi pada masa kini.
Perbedaan itu, menurut Wapres, antara lain saat Presiden Soeharto pada masa Orde Baru menekankan martabat Indonesia di dalam pertumbuhan perekonomian yang tinggi, pemerataan ke seluruh wilayah, dan stabilitas sosial-politik.
Meski berbeda, dikemukakan Wapres Kalla, tetapi saat ini penting pula untuk memiliki prinsip yang sama untuk meningkatkan semangat ke-Islaman dalam mencapai cita-cita bangsa.
Selain itu, Wapres juga menekankan pentingnya penyebaran pemikiran moderat dan perlunya memahami pemikiran moderat ICMI.
Dalam bidang politik saat ini, menurut Wapres JK, tidak ada lagi perbedaan antara partai Islam dan partai nasional karena para pemimpin partainya telah menunaikan ibadah haji.
Wapres memberi contoh lainnya berupa identitas ke-Islaman yang tidak lagi diragukan untuk muncul saat ini, seperti jilbab bagi mahasiswi yang masa kini tidak hanya terbatas ada di institut agama, tetapi juga telah sama tersebar luas di seluruh lembaga pendidikan negeri di Tanah Air.
Dalam acara tersebut, juga dilakukan penandatanganan MoU (Nota Kesepahaman) antara Yayasan Abdi Bangsa dengan Gerakan Guru Berkualitas ICMI tentang peningkatan mutu guru di sekolah-sekolah agama dan guru-guru agama di sekolah umum yang pendapatannya tidak mencukupi kehidupannya.
ICMI dalam muktamarnya di NTB, 11-13 Desember 2015, yang sekaligus menandai milad ke-25 mengagendakan pembuatan peta jalan menuju Indonesia yang lebih bermartabat.
"ICMI berusaha mengedepankan peta jalan Indonesia yang bisa lebih bermartabat," kata Ketua Presidium ICMI, Sugiharto. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015