Jakarta (Antara Bali) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan
pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak yang akan berlangsung pada
Rabu (9/12) berjalan dengan baik dan tanpa konflik.
"Saya harap ini akan menjadi bagian yang baik bahwa demokrasi di Indonesia dapat dijaga dan berjalan dengan baik," kata Wapres saat membuka Election Visit Program for Head of Regional Election 2015, di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa.
Kalla di hadapan para peserta pemantau Pilkada mengatakan, sebelumnya ia juga sudah berpengalaman menjadi pemantau pemilihan umum di sejumlah negara, salah satunya di Azerbaijan.
Menurut Wapres, demokrasi di Indonesia adalah pilihan meski disadari sistem demokrasi bukan yang sempurna tapi lebih baik dibandingkan otoriter.
Dalam sejarah Indonesia, demokrasi dengan pemilihan langsung sudah berlangsung sejak 50 tahun yang lalu, tapi sistem politik di Indonesia berubah-ubah. Tapi salah satu instrumen demokrasi adalah pemilihan umum, katanya.
Pada perkembangannya, pemilu di Indonesia ada tiga tingkat yaitu di tingkat pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang dilakukan secara terbuka dengan 500 lebih kabupaten kota.
Kondisi itu menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan paling banyak pemilihannya di seluruh dunia. Awalnya setiap dua minggu ada pemilihan sehingga tugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi sangat berat.
"Dalam rangka efisiensi, maka pemilihan bupati dan gubernur hanya dilakukan dalam dua kali pemilu dalam lima tahun. Inilah yang disebut Pilkada serentak, digabungkan 269 pemilihan dalam sehari," katanya.
Begitu juga dengan Pemilu 2019 untuk memilih presiden dan wakil presiden serta legislatif sehingga nantinya akan menjadi tiga kali Pemilu dan akan sangat efisien.
Pilkada serentak akan dipantau oleh pemantau asing seperti penyelenggara Pemilu dari luar negeri antara lain Malaysia, Thailand, Srilanka, Bangladesh, Filipina dan Australia serta 25 duta besar negara sahabat, lembaga internasional dan nasional, pemerhati dan pegiat pemilu dan dari perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.
Mereka akan memantau Pilkada serentak di Tangerang Selatan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Saya harap ini akan menjadi bagian yang baik bahwa demokrasi di Indonesia dapat dijaga dan berjalan dengan baik," kata Wapres saat membuka Election Visit Program for Head of Regional Election 2015, di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa.
Kalla di hadapan para peserta pemantau Pilkada mengatakan, sebelumnya ia juga sudah berpengalaman menjadi pemantau pemilihan umum di sejumlah negara, salah satunya di Azerbaijan.
Menurut Wapres, demokrasi di Indonesia adalah pilihan meski disadari sistem demokrasi bukan yang sempurna tapi lebih baik dibandingkan otoriter.
Dalam sejarah Indonesia, demokrasi dengan pemilihan langsung sudah berlangsung sejak 50 tahun yang lalu, tapi sistem politik di Indonesia berubah-ubah. Tapi salah satu instrumen demokrasi adalah pemilihan umum, katanya.
Pada perkembangannya, pemilu di Indonesia ada tiga tingkat yaitu di tingkat pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang dilakukan secara terbuka dengan 500 lebih kabupaten kota.
Kondisi itu menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan paling banyak pemilihannya di seluruh dunia. Awalnya setiap dua minggu ada pemilihan sehingga tugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi sangat berat.
"Dalam rangka efisiensi, maka pemilihan bupati dan gubernur hanya dilakukan dalam dua kali pemilu dalam lima tahun. Inilah yang disebut Pilkada serentak, digabungkan 269 pemilihan dalam sehari," katanya.
Begitu juga dengan Pemilu 2019 untuk memilih presiden dan wakil presiden serta legislatif sehingga nantinya akan menjadi tiga kali Pemilu dan akan sangat efisien.
Pilkada serentak akan dipantau oleh pemantau asing seperti penyelenggara Pemilu dari luar negeri antara lain Malaysia, Thailand, Srilanka, Bangladesh, Filipina dan Australia serta 25 duta besar negara sahabat, lembaga internasional dan nasional, pemerhati dan pegiat pemilu dan dari perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.
Mereka akan memantau Pilkada serentak di Tangerang Selatan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015