Singaraja (Antara Bali) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, Bali menilai rancangan wisata tur keliling Kota Singaraja memerlukan kajian dan penataan objek wisata yang ada di daerah itu.

"Gagasannya sangat bagus, namun kami mesti mengkaji dulu beberapa aspek pendukung terkait keberadaan beberapa objek wisata yang ada," kata Kadisbudpar Buleleng, Gede Suyasa di Singaraja, Kamis.

Ia menjelaskan, pihaknya masih harus menata kembali sejumlah objek wisata di Singaraja diantaranya seperti Gedong Kirtya, Gedung Kesenian, Eks Pelabuhan Buleleng dan Pantai Lovina.

"Beberapa objek wisata tersebut masih memerlukan pembenahan dari segi infrastruktu dan pengelolaan daerah wisata sekitarnya sehingga lebih maksimal," kata dia.

Ia bependapat, penataan penting dilakukan karena wisata tur keliling kota membutuhkan objek wisata yang tertata baik dan berstandar terkait pelengkapnya seperti tempat beristirahat, toilet kelas interasional dan lain lain.

"Mudah-mudahan ke depan bisa tertata lebih baik untuk fasilitas pariwisatanya, sehingga rencananya itu dapat segera direalisasikan setelah penataan selesai dilakukan," kata dia.

Sebelumnya, Sejarawan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Bali, I Made Pageh MHum menggagas wisata tur dalam Kota Singaraja untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerah itu.

"Kota Singaraja sesungguhnya dapat dikembangkan menjadi wisata kota, mengingat Singaraja merupakan kota bersejarah di Pulau Dewata, terlebih lagi pernah menjadi ibukota Sunda Kecil.

Ia menjelaskan, ketika masa pemerintahan Gubernur I Gusti Ketut Pudja, Singaraja ditetapkan sebagai ibukota Sunda Kecil yang melingkupi wilayah Bali dan Nusa Tenggara. "Mengingat ketika itu Buleleng memiliki pelabuhan besar yang menjadi pusat perdagangan, yakni Pelabuhan Buleleng," imbuhnya.

Namun, kata dia, pada 1952 secara politik Sunda Kecil terbagi menjadi tiga wilayah yakni Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) dan selanjutnya pada 1962 ibukota Bali beralih ke Denpasar.

Ia lebih jauh memaparkan, sepanjang Jalan Ngurah Rai Singaraja membentang sampai Eks Pelabuhan Buleleng dahulu merupakan sempadan kolonial dan di sepanjang jalan berderet bangunan-bangunan berasitektur Belanda.

"Sekarang orang Buleleng tidak mengerti bahwa itu merupakan `landscape` bersejarah dimana dahulu di dekat jalan itu berdiri Raad Van Kerta atau kantor pengadilan zaman Belanda, tapi sekarang sudah dirobohkan," katanya. (NWD)

Pewarta: Pewarta: Andi Purnomo

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015