Negara (Antara Bali) - Ancaman pengerahan massa oleh Ketua DPRD Jembrana Ketut Sugiasa, untuk demo terhadap otoritas Pelabuhan Gilimanuk batal dilakukan, setelah terjadi kesepakatan.
Dalam pertemuan di Kantor Lurah Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Senin, Sugiasa melunak dengan menerima syarat dari PT ASDP Indonesia Ferry, untuk perbaikan areal Pura Segara yang terkena abrasi, yaitu harus ada pengajuan proposal kepada BUMN tersebut maupun pengusaha kapal yang beroperasi di Selat Bali.
Manajer Operasional PT ASDP Indonesia Ferry Gilimanuk Sugeng Purwono mengatakan, untuk mencairkan dana bantuan dari pihaknya maupun pengusaha kapal, dibutuhkan proposal sebagai dasar pemberian dana tersebut.
Jika beberapa waktu lalu Sugiasa terkesan menolak syarat pengajuan proposal oleh desa adat tersebut, dengan alasan desa adat hanya mengurus pura, bukan membuat proposal penanggulangan abrasi, dalam pertemuan kali ini ia menyetujuinya.
"Kami ikuti aturan itu, proposal tersebut bisa dibuat oleh desa adat, kecamatan maupun pemerintah kabupaten. Penanggulangan abrasi yang terus mengerus Pura Segara Gilimanuk, bisa dilakukan lewat dana CSR perusahaan-perusahaan tersebut," katanya.
Ia juga berjanji akan menemui induk usaha BUMN di pusat selaku operator pelabuhan, untuk membicarakan hal ini lebih lanjut, sehingga pembangunan pengaman pantai bisa dilakukan awal tahun 2016.
Dalam pertemuan ini Sugeng mengatakan, pihaknya siap membantu pembangunan pengaman pantai, sepanjang ada proposal baik dari desa adat, kecamatan maupun pemerintah kabupaten.
"Harus ada dasar pencairan dana dari perusahaan yaitu proposal. Tanpa itu, sulit untuk mempertanggungjawabkan dana yang dikeluarkan," katanya.
Ia juga mengatakan, keberadaan dermaga untuk kapal landing craft machine (LCT) yang dianggap sebagai penyebab abrasi di pura tersebut, akan dihilangkan pada bulan akhir Desember mendatang, karena pihaknya sudah membangun dua unit dermaga baru.
Beberapa waktu lalu, saat memantau abrasi di Pura Segara Gilimanuk, Sugiasa mengancam akan mengerahkan ribuan massa untuk menutup pelabuhan, jika tidak ada kepedulian terhadap kerusakan alam tersebut.
Ia mengatakan, bersandarnya kapal di dermaga LCT menyebabkan ombak cukup besar, yang terus mengikis tanah di sekitar pura.
Dikonfirmasi usai pertemuan terkait sikapnya yang mendadak lunak tersebut, ia mengatakan, dari masukan berbagai pihak, PT ASDP Indonesia Ferry maupun pengusaha kapal, sudah beberapa kali memberikan bantuan, sehingga harus dihargai.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Dalam pertemuan di Kantor Lurah Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Senin, Sugiasa melunak dengan menerima syarat dari PT ASDP Indonesia Ferry, untuk perbaikan areal Pura Segara yang terkena abrasi, yaitu harus ada pengajuan proposal kepada BUMN tersebut maupun pengusaha kapal yang beroperasi di Selat Bali.
Manajer Operasional PT ASDP Indonesia Ferry Gilimanuk Sugeng Purwono mengatakan, untuk mencairkan dana bantuan dari pihaknya maupun pengusaha kapal, dibutuhkan proposal sebagai dasar pemberian dana tersebut.
Jika beberapa waktu lalu Sugiasa terkesan menolak syarat pengajuan proposal oleh desa adat tersebut, dengan alasan desa adat hanya mengurus pura, bukan membuat proposal penanggulangan abrasi, dalam pertemuan kali ini ia menyetujuinya.
"Kami ikuti aturan itu, proposal tersebut bisa dibuat oleh desa adat, kecamatan maupun pemerintah kabupaten. Penanggulangan abrasi yang terus mengerus Pura Segara Gilimanuk, bisa dilakukan lewat dana CSR perusahaan-perusahaan tersebut," katanya.
Ia juga berjanji akan menemui induk usaha BUMN di pusat selaku operator pelabuhan, untuk membicarakan hal ini lebih lanjut, sehingga pembangunan pengaman pantai bisa dilakukan awal tahun 2016.
Dalam pertemuan ini Sugeng mengatakan, pihaknya siap membantu pembangunan pengaman pantai, sepanjang ada proposal baik dari desa adat, kecamatan maupun pemerintah kabupaten.
"Harus ada dasar pencairan dana dari perusahaan yaitu proposal. Tanpa itu, sulit untuk mempertanggungjawabkan dana yang dikeluarkan," katanya.
Ia juga mengatakan, keberadaan dermaga untuk kapal landing craft machine (LCT) yang dianggap sebagai penyebab abrasi di pura tersebut, akan dihilangkan pada bulan akhir Desember mendatang, karena pihaknya sudah membangun dua unit dermaga baru.
Beberapa waktu lalu, saat memantau abrasi di Pura Segara Gilimanuk, Sugiasa mengancam akan mengerahkan ribuan massa untuk menutup pelabuhan, jika tidak ada kepedulian terhadap kerusakan alam tersebut.
Ia mengatakan, bersandarnya kapal di dermaga LCT menyebabkan ombak cukup besar, yang terus mengikis tanah di sekitar pura.
Dikonfirmasi usai pertemuan terkait sikapnya yang mendadak lunak tersebut, ia mengatakan, dari masukan berbagai pihak, PT ASDP Indonesia Ferry maupun pengusaha kapal, sudah beberapa kali memberikan bantuan, sehingga harus dihargai.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015