Gianyar (Antara Bali) - Ratusan warga ambil bagian dalam menggotong "bade" atau usungan jenazah Ida Dwagung Peliatan, Raja Puri Agung Peliatan IX pada puncak acara "pelebon" atau kremasi jenazah di Pekuburan Desa Peliatan, Kabupaten Gianyar, Bali, Selasa.
Bade yang terbuat dari rangkaian kayu dan bambu dengan aneka pernak-perniknya setinggi 25,5 meter itu, diusung warga dari Puri Agung Peliatan menuju Kuburan Dalem Puri yang berjarak sekitar dua kilometer.
Tampak hadir pada upacara pelebon jenazah Raja Puri Agung Peliatan IX itu, antara lain Kapolda Bali Irjen Pol Hadiatmoko, mantan Gubernur Bali Dewa Bherata, serta sejumlah raja di Nusantara.
Sebelum bade itu diusung, dilangsungkan upacara "memanah naga banda" atau upacara pengantar roh manusia ke alam baka yang dilakukan oleh Ida Pedanda Peling dari Griya Padangtegal, Ubud.
Setelah hampir dua jam menempuh perjalanan, bade yang digarap hampir dua bulan itu akhirnya tiba di kuburan sekitar pukul 15.00 Wita.
Sebelum dilakukan pembakaran bade, lembu serta naga banda sebagai sarana upacara kremasi, terlebih dahulu dilakukan upacara tertentu yang dipimpin Ida Pedanda Gunung Sari dari Griya Padangtegal, Ubud. Sebelum
Penglingsir Puri Agung Peliatan, Cokorda Putra Nindia mengatakan, upacara pelebon itu bukannya untuk "show" atau jor-joran, melainkan sebuah ritual yang harus dilakukan sesuai kepercayaan yang dianut umat Hindu.
Selain itu, pelebon juga sebagai salah satu upaya untuk dapat melestarikan seni dan budaya yang sudah mendarah daging di lingkungan puri, ucapnya.
Sebelum upacara puncak pelebon itu dimulai, terlebih dahulu telah dilangsungkan tahapan ritual, salah satunya "mendak" atau menjemput naga banda di Pura Merajan Puri Agung Ubud.
Pada saat upacara itu, banyak wisatawan asing maupun domistik menonton, karena upacaranya tergolong unik dan langka, yakni melibatkan satwa gajah dan kuda, selain iring-iringan kesenian khas Pulau Dewata.
Sementara guna menjamin kelancaran upacara, Kapolsek Ubud AKP I Gede Redestra mengatakan, untuk mengamankan pihaknya melibatkan 300 personel polisi. Selain itu, pengamanan juga melibatkan satu pleton anggota TNI, Satpol PP, serta petugas pengamanan tradisional.
Ia mengatakan, petugas pengamanan sudah ditarik dari lokasi pada pukul 18.00 Wita, setelah seluruh rangkaian perlebon dapat berjalan seperti yang diharapkan.
"Begitu juga dengan sejumlah ruas jalan raya di wilayah Ubud yang sempat kami tutup, kini sudah dibuka kembali. Saat ini situasi di jalanan tampak sudah berangsur normal," katanya menjelaskan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
Bade yang terbuat dari rangkaian kayu dan bambu dengan aneka pernak-perniknya setinggi 25,5 meter itu, diusung warga dari Puri Agung Peliatan menuju Kuburan Dalem Puri yang berjarak sekitar dua kilometer.
Tampak hadir pada upacara pelebon jenazah Raja Puri Agung Peliatan IX itu, antara lain Kapolda Bali Irjen Pol Hadiatmoko, mantan Gubernur Bali Dewa Bherata, serta sejumlah raja di Nusantara.
Sebelum bade itu diusung, dilangsungkan upacara "memanah naga banda" atau upacara pengantar roh manusia ke alam baka yang dilakukan oleh Ida Pedanda Peling dari Griya Padangtegal, Ubud.
Setelah hampir dua jam menempuh perjalanan, bade yang digarap hampir dua bulan itu akhirnya tiba di kuburan sekitar pukul 15.00 Wita.
Sebelum dilakukan pembakaran bade, lembu serta naga banda sebagai sarana upacara kremasi, terlebih dahulu dilakukan upacara tertentu yang dipimpin Ida Pedanda Gunung Sari dari Griya Padangtegal, Ubud. Sebelum
Penglingsir Puri Agung Peliatan, Cokorda Putra Nindia mengatakan, upacara pelebon itu bukannya untuk "show" atau jor-joran, melainkan sebuah ritual yang harus dilakukan sesuai kepercayaan yang dianut umat Hindu.
Selain itu, pelebon juga sebagai salah satu upaya untuk dapat melestarikan seni dan budaya yang sudah mendarah daging di lingkungan puri, ucapnya.
Sebelum upacara puncak pelebon itu dimulai, terlebih dahulu telah dilangsungkan tahapan ritual, salah satunya "mendak" atau menjemput naga banda di Pura Merajan Puri Agung Ubud.
Pada saat upacara itu, banyak wisatawan asing maupun domistik menonton, karena upacaranya tergolong unik dan langka, yakni melibatkan satwa gajah dan kuda, selain iring-iringan kesenian khas Pulau Dewata.
Sementara guna menjamin kelancaran upacara, Kapolsek Ubud AKP I Gede Redestra mengatakan, untuk mengamankan pihaknya melibatkan 300 personel polisi. Selain itu, pengamanan juga melibatkan satu pleton anggota TNI, Satpol PP, serta petugas pengamanan tradisional.
Ia mengatakan, petugas pengamanan sudah ditarik dari lokasi pada pukul 18.00 Wita, setelah seluruh rangkaian perlebon dapat berjalan seperti yang diharapkan.
"Begitu juga dengan sejumlah ruas jalan raya di wilayah Ubud yang sempat kami tutup, kini sudah dibuka kembali. Saat ini situasi di jalanan tampak sudah berangsur normal," katanya menjelaskan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010