Singaraja (Antara Bali) - Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Buleleng, Bali mencatat daerah itu kekurangan guru sekolah dasar (SD) mencapai 1.084 orang, akibat jumlah guru pensiun tidak sebanding dengan jumlah pengangkatan tiap tahun.
"Dalam setahun, rata rata guru pensiun mencapai 200 orang, tetapi penganggakatan guru SD masih dibawah 100 orang setiap tahun," kata Sekretaris Disdikpora Buleleng, I Made Ngadeg di Singaraja, Jumat.
Ia menjelaskan, kekurangan guru SD terjadi hampir di semua kecamatan di wilayah itu. "Yang paling banyak terutama sekolah berlokasi di desa, kalau di daerah perkotaan sudah mencukupi," katanya.
Ia menambahkan, di SD, setiap kelas semestinya diasuh satu orang guru. "Guru kelas rasionya satu kelas satu guru dan di dalam satu sekolah itu mesti ada satu guru agama dan guru olahraga," ucapnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan, untuh menyiasati permasalahan tersebut, pihaknya telah merekrut guru kontrak sejak 2008 lalu, namun, untuk SD hanya 200 orang saja yang direkrut sebagai guru kontrak. "Jumlah guru kontrak cukup terbatas dari total guru kontrak dari SD hingga SMA," kata dia sembari menyatakan di kabupaten paling utara Pulau Dewata itu keseluruhan terdapat sekitar 700 orang guru kontrak.
Manurut dia, satu alasan tidak dapat merekrut guru kontrak di tingkat SD dan jenjang lainnya lebih banyak karena keterbatan keuangan Pemkab Buleleng.
Dikatakan, alasan itu menyebabkan gaji guru kontrak masih rendah, bahkan, tahun ini saja Pemkab Buleleng melalui APBD hanya menyiapkan Rp8 miliar untuk menggaji guru kontrak. Sementara itu, Disdikpora juga meminta pihak sekolah merekrut guru honorer melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk menutupi kekurangan guru.
Namun, kata dia, perekrutan itu masih harus menyesuaikan kemampuan keuangan sekolah dan jika keuangannya rendah, biasanya tidak bisa merekrut guru honorer dalam jumlah banyak.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Dalam setahun, rata rata guru pensiun mencapai 200 orang, tetapi penganggakatan guru SD masih dibawah 100 orang setiap tahun," kata Sekretaris Disdikpora Buleleng, I Made Ngadeg di Singaraja, Jumat.
Ia menjelaskan, kekurangan guru SD terjadi hampir di semua kecamatan di wilayah itu. "Yang paling banyak terutama sekolah berlokasi di desa, kalau di daerah perkotaan sudah mencukupi," katanya.
Ia menambahkan, di SD, setiap kelas semestinya diasuh satu orang guru. "Guru kelas rasionya satu kelas satu guru dan di dalam satu sekolah itu mesti ada satu guru agama dan guru olahraga," ucapnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan, untuh menyiasati permasalahan tersebut, pihaknya telah merekrut guru kontrak sejak 2008 lalu, namun, untuk SD hanya 200 orang saja yang direkrut sebagai guru kontrak. "Jumlah guru kontrak cukup terbatas dari total guru kontrak dari SD hingga SMA," kata dia sembari menyatakan di kabupaten paling utara Pulau Dewata itu keseluruhan terdapat sekitar 700 orang guru kontrak.
Manurut dia, satu alasan tidak dapat merekrut guru kontrak di tingkat SD dan jenjang lainnya lebih banyak karena keterbatan keuangan Pemkab Buleleng.
Dikatakan, alasan itu menyebabkan gaji guru kontrak masih rendah, bahkan, tahun ini saja Pemkab Buleleng melalui APBD hanya menyiapkan Rp8 miliar untuk menggaji guru kontrak. Sementara itu, Disdikpora juga meminta pihak sekolah merekrut guru honorer melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk menutupi kekurangan guru.
Namun, kata dia, perekrutan itu masih harus menyesuaikan kemampuan keuangan sekolah dan jika keuangannya rendah, biasanya tidak bisa merekrut guru honorer dalam jumlah banyak.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015