Denpasar (Antara Bali) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali menyatakan, kualitas kredit perbankan di daerah itu tergolong sehat meski terjadi kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL) pada semester I tahun 2015.
"Kualitas kredit perbankan di Bali masih tergolong sehat karena tidak melampaui ambang batas," kata Kepala OJK Bali, Zulmi, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, kredit bermasalah di Pulau Dewata mencapai 1,84 persen pada Juni 2015 atau meningkat sebesar 1,07 persen dari posisi Desember 2014 yang mencapai 0,77 persen.
Meski terjadi kenaikan, ia menyatakan bahwa hal tersebut masih tergolong sehat karena belum melewati batas atau "threshold" sebesar lima persen.
Kenaikan kredit bermasalah tersebut, lanjut dia, disebabkan oleh tingkat suku bunga yang tinggi dan kenaikan harga sejumlah komoditas yang paling dominan berkontribusi.
Sementara itu pada semester I 2015, kredit perbankan di Pulau Dewata mencapai Rp67,53 triliun atau naik sebesar 4, 96 persen dibandingkan posisi Desember 2014.
Sebagian besar penyaluran kredit dari bank-bank di Pulau Bali itu merupakan kredit produktif sebesar 62,98 persen, terdiri dari kredit modal kerja sebesar 41 persen dan kredit investasi 21,98 persen.
"Dari total penyaluran kredit perbankan di Bali itu, sebesar 43,34 persen tergolong kredit produktif untuk usaha mikro kecil dan menengah yang tumbuh 8,3 persen dalam enam bulan terakhir ini," imbuhnya.
Namun sebagian besar penyaluran kredit tersebut masih terkonsentrasi di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung mengingat dua daerah itu merupakan pusat ekonomi di Pulau Dewata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kualitas kredit perbankan di Bali masih tergolong sehat karena tidak melampaui ambang batas," kata Kepala OJK Bali, Zulmi, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, kredit bermasalah di Pulau Dewata mencapai 1,84 persen pada Juni 2015 atau meningkat sebesar 1,07 persen dari posisi Desember 2014 yang mencapai 0,77 persen.
Meski terjadi kenaikan, ia menyatakan bahwa hal tersebut masih tergolong sehat karena belum melewati batas atau "threshold" sebesar lima persen.
Kenaikan kredit bermasalah tersebut, lanjut dia, disebabkan oleh tingkat suku bunga yang tinggi dan kenaikan harga sejumlah komoditas yang paling dominan berkontribusi.
Sementara itu pada semester I 2015, kredit perbankan di Pulau Dewata mencapai Rp67,53 triliun atau naik sebesar 4, 96 persen dibandingkan posisi Desember 2014.
Sebagian besar penyaluran kredit dari bank-bank di Pulau Bali itu merupakan kredit produktif sebesar 62,98 persen, terdiri dari kredit modal kerja sebesar 41 persen dan kredit investasi 21,98 persen.
"Dari total penyaluran kredit perbankan di Bali itu, sebesar 43,34 persen tergolong kredit produktif untuk usaha mikro kecil dan menengah yang tumbuh 8,3 persen dalam enam bulan terakhir ini," imbuhnya.
Namun sebagian besar penyaluran kredit tersebut masih terkonsentrasi di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung mengingat dua daerah itu merupakan pusat ekonomi di Pulau Dewata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015