Denpasar (Antara Bali) - Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Provinsi Bali menginginkan calon bupati dan wali kota yang akan "bertarung" dalam pilkada 9 Desember 2015 memiliki jiwa wirausaha.
"Ingatlah bahwa pemimpin daerah itu, selain harus mengurusi persoalan kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan, keterbelakangan dan sebagainya, juga harus dapat melirik potensi pendapatan daerah yang bisa dikembangkan," kata Wakil Ketua GIPI Bali Bagus Sudibya, di Denpasar, Kamis.
Oleh karena itu, menurut dia, maka calon pemimpin daerah sebelumnya harus dapat melakukan analisis "SWOT" atau mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di kabupaten dan kota itu sendiri.
Bagus Sudibya mencontohkan terkait bidang kepariwisataan, peluangnya itu kalau pemimpin bisa mengerti persis bahwa pariwisata sejauh ini masih sebagai lokomotif ekonomi Bali. Tantangan itu, tatkala pariwisata tidak bisa menyejaterakan masyarakat Bali.
"Tantangan lainnya lagi adalah sudahkah pariwisata berpihak kepada budaya Bali, sudahkah bisa menciptakan industri rumahan di Bali, sudah bisa melindungi kepentingan masyarakat Bali. Termasuk apakah sudah berpihak pada lingkungan," ucapnya yang juga Wakil Ketua Asita Pusat itu.
Bagus Sudibya melihat sering kali visi dan misi yang ditampilkan para calon bupati dan wali kota belum persis sama dengan harapan dari masyarakat di daerahnya maupun dengan analisis SWOT di kabupaten/kota itu sendiri. Terkait dengan sikap egoisme masing-masing bupati dan wali kota yang kerap terjadi, pihaknya menginginkan calon pemimpin hasil pilkada mendatang tidak seperti itu lagi.
"Di sisi lain, pemimpin yang diinginkan rakyat itu tidak hanya idealis, tetapi hendaknya juga realistis dan program-program yang direncanakan itu terukur," ujarnya.
Menurut dia, seorang pemimpin jangan karena untuk pencitraan dan menarik simpati rakyat agar memilih dirinya saat pilkada, lantas membuat visi-misi yang menyenangkan masyarakat tetapi susah untuk diimplementasikan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Ingatlah bahwa pemimpin daerah itu, selain harus mengurusi persoalan kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan, keterbelakangan dan sebagainya, juga harus dapat melirik potensi pendapatan daerah yang bisa dikembangkan," kata Wakil Ketua GIPI Bali Bagus Sudibya, di Denpasar, Kamis.
Oleh karena itu, menurut dia, maka calon pemimpin daerah sebelumnya harus dapat melakukan analisis "SWOT" atau mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di kabupaten dan kota itu sendiri.
Bagus Sudibya mencontohkan terkait bidang kepariwisataan, peluangnya itu kalau pemimpin bisa mengerti persis bahwa pariwisata sejauh ini masih sebagai lokomotif ekonomi Bali. Tantangan itu, tatkala pariwisata tidak bisa menyejaterakan masyarakat Bali.
"Tantangan lainnya lagi adalah sudahkah pariwisata berpihak kepada budaya Bali, sudahkah bisa menciptakan industri rumahan di Bali, sudah bisa melindungi kepentingan masyarakat Bali. Termasuk apakah sudah berpihak pada lingkungan," ucapnya yang juga Wakil Ketua Asita Pusat itu.
Bagus Sudibya melihat sering kali visi dan misi yang ditampilkan para calon bupati dan wali kota belum persis sama dengan harapan dari masyarakat di daerahnya maupun dengan analisis SWOT di kabupaten/kota itu sendiri. Terkait dengan sikap egoisme masing-masing bupati dan wali kota yang kerap terjadi, pihaknya menginginkan calon pemimpin hasil pilkada mendatang tidak seperti itu lagi.
"Di sisi lain, pemimpin yang diinginkan rakyat itu tidak hanya idealis, tetapi hendaknya juga realistis dan program-program yang direncanakan itu terukur," ujarnya.
Menurut dia, seorang pemimpin jangan karena untuk pencitraan dan menarik simpati rakyat agar memilih dirinya saat pilkada, lantas membuat visi-misi yang menyenangkan masyarakat tetapi susah untuk diimplementasikan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015