Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta daerahnya dapat dijadikan percontohan pemanfaatan listrik dari energi surya (solar cell) jika pemerintah pusat mempunyai anggaran untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya.
"Kalau pemerintah pusat memiliki anggaran untuk mengembangkan energi `solar cell`, saya minta Bali dijadikan `pilot project`," kata Pastika saat menerima audiensi anggota Dewan Energi Nasional Sony Keraf, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, konsep energi surya atau matahari itu akan sangat sesuai dengan "roadmap" pembangunan Bali menuju provinsi hijau (green province).
Ia menambahkan bahwa selama ini Bali sudah mengembangkan energi ini dalam skala kecil di dua lokasi yaitu di Kabupaten Bangli dan Karangasem.
Selanjutnya ia berencana mengembangkannya teknologi ini untuk kantor-kantor pemerintah paling tidak akan bisa menghemat energi listrik dari PLN untuk lampu-lampu penerangan taman di malam hari.
Untuk skala yang lebih besar ke depan, ia berencana mengembangkan teknologi ini selain sebagai energi untuk penerangan juga sebagai sumber energi listrik untuk kendaraan para pegawai yang nanti akan dialihkan ke kendaraan listrik.
"Kalau masyarakat Bali bisa menggunakan kendaraan listrik yang tanpa suara dan polusi, alangkah indahnya Bali ini dan akan menjadi kebanggaan dunia," ucapnya.
Sedangkan kalau di masing-masing desa bisa dikembangkan PLTS skala kecil dan dikelola oleh desa itu sendiri, maka akan memberikan keuntungan dan efek ganda yang sangat besar bagi perkembangan ekonomi masyarakat di desa.
Di sisi lain, Pastika mengemukakan kebutuhan energi khususnya energi listrik di Bali semakin hari terus meningkat. Selama ini sebagian besar daya kelistrikan untuk Bali yaitu sebesar 850 MW dipasok dari Jawa melaui kabel bawah laut dan hanya sebagian kecil yang diproduksi di Bali yaitu di Gilimanuk dan Sanggaran yang masih menggunakan BBM.
Sedangkan satu-satunya pembangkit listrik tenaga batu bara di Celukan Bawang, Buleleng, belum mampu berproduksi maksimal karena beberapa kendala dan sumber bahan bakarnya juga harus didatangkan dari luar Bali.
"Seandainya terjadi masalah dengan kabel ataupun pasokan bahan bakar minyak dan batu bara dari luar Bali, maka Bali akan lumpuh tanpa listrik," ujarnya.
Sementara itu, Sony Keraf menyarankan agar Bali bisa membuat perda mengenai penggunaan "solar cell" untuk hotel-hotel, kantor-kantor publik dan kantor-kantor perusahaan yang ada di Bali. Dengan demikian ia yakin akan jauh bisa menghemat penggunaan listrik PLN.
Menurut dia, selama ini PLN mengalami beberapa kesulitan dalam mengelola energi listrik untuk seluruh Indonesia yang begitu besar dan ia berencana mengusulkan dibentuknya PLN regional yang dikelola secara otonom di daerah seperti yang sudah dilakukan di Batam.
Ia juga berjanji akan menyampaikan usulan Gubernur Bali kepada presiden, untuk menjadian Bali sebagai contoh pengembangan dan pemanfaatan energi matahari. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kalau pemerintah pusat memiliki anggaran untuk mengembangkan energi `solar cell`, saya minta Bali dijadikan `pilot project`," kata Pastika saat menerima audiensi anggota Dewan Energi Nasional Sony Keraf, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, konsep energi surya atau matahari itu akan sangat sesuai dengan "roadmap" pembangunan Bali menuju provinsi hijau (green province).
Ia menambahkan bahwa selama ini Bali sudah mengembangkan energi ini dalam skala kecil di dua lokasi yaitu di Kabupaten Bangli dan Karangasem.
Selanjutnya ia berencana mengembangkannya teknologi ini untuk kantor-kantor pemerintah paling tidak akan bisa menghemat energi listrik dari PLN untuk lampu-lampu penerangan taman di malam hari.
Untuk skala yang lebih besar ke depan, ia berencana mengembangkan teknologi ini selain sebagai energi untuk penerangan juga sebagai sumber energi listrik untuk kendaraan para pegawai yang nanti akan dialihkan ke kendaraan listrik.
"Kalau masyarakat Bali bisa menggunakan kendaraan listrik yang tanpa suara dan polusi, alangkah indahnya Bali ini dan akan menjadi kebanggaan dunia," ucapnya.
Sedangkan kalau di masing-masing desa bisa dikembangkan PLTS skala kecil dan dikelola oleh desa itu sendiri, maka akan memberikan keuntungan dan efek ganda yang sangat besar bagi perkembangan ekonomi masyarakat di desa.
Di sisi lain, Pastika mengemukakan kebutuhan energi khususnya energi listrik di Bali semakin hari terus meningkat. Selama ini sebagian besar daya kelistrikan untuk Bali yaitu sebesar 850 MW dipasok dari Jawa melaui kabel bawah laut dan hanya sebagian kecil yang diproduksi di Bali yaitu di Gilimanuk dan Sanggaran yang masih menggunakan BBM.
Sedangkan satu-satunya pembangkit listrik tenaga batu bara di Celukan Bawang, Buleleng, belum mampu berproduksi maksimal karena beberapa kendala dan sumber bahan bakarnya juga harus didatangkan dari luar Bali.
"Seandainya terjadi masalah dengan kabel ataupun pasokan bahan bakar minyak dan batu bara dari luar Bali, maka Bali akan lumpuh tanpa listrik," ujarnya.
Sementara itu, Sony Keraf menyarankan agar Bali bisa membuat perda mengenai penggunaan "solar cell" untuk hotel-hotel, kantor-kantor publik dan kantor-kantor perusahaan yang ada di Bali. Dengan demikian ia yakin akan jauh bisa menghemat penggunaan listrik PLN.
Menurut dia, selama ini PLN mengalami beberapa kesulitan dalam mengelola energi listrik untuk seluruh Indonesia yang begitu besar dan ia berencana mengusulkan dibentuknya PLN regional yang dikelola secara otonom di daerah seperti yang sudah dilakukan di Batam.
Ia juga berjanji akan menyampaikan usulan Gubernur Bali kepada presiden, untuk menjadian Bali sebagai contoh pengembangan dan pemanfaatan energi matahari. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015