Singapura (Antara Bali/AFP) - Harga minyak dunia menguat di perdagangan Asia pada Kamis, namun kenaikannya terbatas di tengah kekhawatiran baru tentang berlimpahnya pasokan global karena cadangan minyak mentah AS melonjak ke rekor tertinggi, kata para analis.

         Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik satu sen menjadi 44,46 dolar AS, sementara minyak mentah Brent untuk Maret naik 17 sen menjadi 48,64 dolar AS di perdagangan sore.

         WTI turun 1,78 dolar di New York, sementara Brent turun 1,13 dolar AS di London, setelah data resmi yang dirilis Rabu menunjukkan stok minyak mentah AS melonjak 8,9 juta barel menjadi 406,7 juta barel dalam pekan hingga 23 Januari.

         Tingkat keseluruhan stok merupakan yang tertinggi sejak pemerintah AS mulai menyimpan catatan mingguan pada 1982.

         Data stok "menambah tekanan pada harga patokan," kata
Sanjeev Gupta, kepala praktek minyak dan gas Asia-Pasifik di perusahaan konsultan EY.

         Daniel Ang, analis investasi pada Phillip Futures di Singapura, mengatakan lonjakan persediaan datang sebagai "tidak mengejutkan" karena tingkat pemanfaatan kilang di konsumen minyak mentah utama dunia itu telah rendah.

         Namun, "apa yang benar-benar mengejutkan adalah bahwa produksi AS masih terus meningkat meskipun harga minyak mentah rendah", kata Ang.

         "Tanpa penurunan produksi minyak mentah AS, itu akan menjadi perjuangan yang berat untuk minyak bisa bergairah," tambahnya.

         Minyak telah kehilangan lebih dari setengah nilainya sejak Juni tahun lalu, ketika minyak mentah berada di lebih dari 100 dolar AS per barel, karena melimpahnya pasokan, terutama didorong oleh peningkatan produksi minyak serpih (shale oil) AS, dan permintaan global yang lemah.

         Masalahnya diperparah pada November, setelah kartel minyak OPEC bersikeras bahwa pihaknya akan mempertahankan tingkat produksi meskipun harga jatuh. OPEC yang terdiri dari 12 negara memproduksi sekitar 30 persen dari minyak mentah global.

         Para analis mengatakan, minyak juga menghadapi tekanan setelah pernyataan kebijakan Federal Reserve AS terbaru yang dirilis pada Rabu menunjukkan tidak ada penyimpangan dari rencana bank sentral untuk mulai menaikan suku bunga sekitar pertengahan tahun.

         The Fed telah mempertahankan suku bunga utama federal funds antara nol dan 0,25 persen  yang dipatok sejak akhir 2008 untuk mendukung pemulihan ekonomi AS dari resesi mendalam 2008-2009.

         "Sentimen hawkish" bank sentral menyebabkan dolar AS naik, membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli di luar AS, sehingga mengurangi permintaan, kata Ang. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015