Semarang (Antara Bali)- Secang sejak lama dikenal sebagai tanaman berkhasiat bagi kesehatan.
Maka, sampai saat ini masyarakat sering memanfaatkan kayu secang untuk dicampur dengan air jahe sebagai minuman tradisional yang memiliki rasa manis dan melegakan tenggorokan.
Kayu secang juga banyak dimanfaatkan sebagai pewarna alami dan kulit kayunya digunakan sebagai bahan baku pernak pernik kerajinan.
Sadar akan khasiat obat tanaman ini, Fahmi Rosyadi bersama timnya dari Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada (UGM), mengkaji efek sitotoksik ekstrak etanolik kayu secang dalam menghambat sel kanker payudara.
Ketertarikannya meneliti tanaman berbahasa latin Caesalpinia sappan L. ini karena ia menyadari, betapa tinggi angka kematian yang disebabkan oleh kanker payudara.
“Kanker payudara merupakan pembunuh nomor tiga di dunia menurut WHO,†kata Fahmi ketika di temui di Semarang akhir Agustus 2014.
Lewat karya ilmiah yang berjudul “Potensi Optimistik Ekstrak Etanolik Kayu Secang sebagai Anti-Politerasi Sel Kanker Bertarget Molekuler pada HER2â€, Fahmi dan kawan-kawannya membawa hasil penelitiannya itu dalam kompetisi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-27 di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah.
Kerja kerasnya dalam meneliti secang membawa mereka meraih medali emas untuk kategori presentasi penelitian.
Pengumuman pemenang dilaksanakan pada 28 Agustus 2014.
Mahasiswa kelahiran Banyuwangi ini telah mencintai dunia pengobatan sejak kecil.
Besar di Surabaya, ia bercita-cita untuk bisa masuk UGM dan bergabung bersama mahasiswa lainnya di Fakultas Farmasi.
Setelah keinginannya itu tercapai, ia mengembangkan kecintaannya terhadap dunia farmasi dengan meneliti.
Tidak heran, setelah bergabung dengan kelompok program kreativitas mahasiswa (PKM), Fahmi mengaku betah berlama-lama di laboratorium. Wah! (Kemdikbud/PIH/Aline, Ratih)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Maka, sampai saat ini masyarakat sering memanfaatkan kayu secang untuk dicampur dengan air jahe sebagai minuman tradisional yang memiliki rasa manis dan melegakan tenggorokan.
Kayu secang juga banyak dimanfaatkan sebagai pewarna alami dan kulit kayunya digunakan sebagai bahan baku pernak pernik kerajinan.
Sadar akan khasiat obat tanaman ini, Fahmi Rosyadi bersama timnya dari Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada (UGM), mengkaji efek sitotoksik ekstrak etanolik kayu secang dalam menghambat sel kanker payudara.
Ketertarikannya meneliti tanaman berbahasa latin Caesalpinia sappan L. ini karena ia menyadari, betapa tinggi angka kematian yang disebabkan oleh kanker payudara.
“Kanker payudara merupakan pembunuh nomor tiga di dunia menurut WHO,†kata Fahmi ketika di temui di Semarang akhir Agustus 2014.
Lewat karya ilmiah yang berjudul “Potensi Optimistik Ekstrak Etanolik Kayu Secang sebagai Anti-Politerasi Sel Kanker Bertarget Molekuler pada HER2â€, Fahmi dan kawan-kawannya membawa hasil penelitiannya itu dalam kompetisi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-27 di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah.
Kerja kerasnya dalam meneliti secang membawa mereka meraih medali emas untuk kategori presentasi penelitian.
Pengumuman pemenang dilaksanakan pada 28 Agustus 2014.
Mahasiswa kelahiran Banyuwangi ini telah mencintai dunia pengobatan sejak kecil.
Besar di Surabaya, ia bercita-cita untuk bisa masuk UGM dan bergabung bersama mahasiswa lainnya di Fakultas Farmasi.
Setelah keinginannya itu tercapai, ia mengembangkan kecintaannya terhadap dunia farmasi dengan meneliti.
Tidak heran, setelah bergabung dengan kelompok program kreativitas mahasiswa (PKM), Fahmi mengaku betah berlama-lama di laboratorium. Wah! (Kemdikbud/PIH/Aline, Ratih)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014