Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah perlu memikirkan kembali adanya fasilitas kredit ekspor dengan bunga murah kepada usaha kecil dan menengah (UKM) dalam upaya meningkatkan produksi dan sekaligus perolehan devisa negara.
"Pemerintah harus memikirkan kembali fasilitas kredit ekspor yang pernah ada, bagi para pelaku ekspor di Bali umumnya pengusaha kelas UKM ," kata eksportir Aneka kerajinan Bali, Made Sutama di Denpasar Kamis.
Untuk memperbanyak ekspor, selain modal yang diperlukan UKM, pemerintah provinsi perlu memberikan pelatihan yang terkait, terutama bagi eksportir pemula dalam proses produksi sampai tahap pembuatan dokumen ekspor.
Ia mengatakan, perhatian perbankan di daerah ini masih hati-hati mencairkan dananya kepada pengusaha kecil, apalagi kepada perajin yang memproduksi mata dagangan ekspor karena dikhawatirkan pangsa pasarnya tergantung luar negeri.
Perbankan di Bali yang merealisasikan pinjaman di daerah ini hingga Mei 2010 secara komulatif tercatat Rp25,6 triliun, sedangkan untuk sektor industri hanya kecipratan Rp 774,5 miliar, angka sangat kecil.
Realisasi pinjaman kepada usaha industri yang umumnya usaha kecil di daerah pariwisata Bali tersebut ternyata berkurang dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp777 miliar, ini artinya kredit seret selama Mei 2010.
Jika pemerintah mau memfasilitasi pengusaha eksportir dengan kredit ekspor seperti tempo dulu dengan bunga murah, saya yakin realisasi ekspor mata dagangan nonmigas Bali bertambah banyak, tutur pengusaha lainnya Nyoman Sukarta.
Ia yang memperdagangan aneka kerajinan, belum mampu melayani konsumen dari mancanegara secara penuh akibat tidak memiliki dana yang cukup terhadap pesanan dari rekan bisnisnya yang menginginkan barang dalam jumlah pasti.
Aneka kerajinan Bali memiliki pangsa pasar tersendiri di pasar ekspor, sehingga pasti ada saja pesanan yang datang ke Bali, walau pun mendapat persaingan yang ketat dari negara tetangga seperti China, Vietnam dan Malaysia.
Perolehan devisa nonmigas Bali selama lima bulan pertama 2010 tercatat sebanyak 227 juta dolar AS bertambah hingga 21 persen jika dibandingkan periode sama tahun 2009 yang hanya mencapai 187 juta dolar.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Pemerintah harus memikirkan kembali fasilitas kredit ekspor yang pernah ada, bagi para pelaku ekspor di Bali umumnya pengusaha kelas UKM ," kata eksportir Aneka kerajinan Bali, Made Sutama di Denpasar Kamis.
Untuk memperbanyak ekspor, selain modal yang diperlukan UKM, pemerintah provinsi perlu memberikan pelatihan yang terkait, terutama bagi eksportir pemula dalam proses produksi sampai tahap pembuatan dokumen ekspor.
Ia mengatakan, perhatian perbankan di daerah ini masih hati-hati mencairkan dananya kepada pengusaha kecil, apalagi kepada perajin yang memproduksi mata dagangan ekspor karena dikhawatirkan pangsa pasarnya tergantung luar negeri.
Perbankan di Bali yang merealisasikan pinjaman di daerah ini hingga Mei 2010 secara komulatif tercatat Rp25,6 triliun, sedangkan untuk sektor industri hanya kecipratan Rp 774,5 miliar, angka sangat kecil.
Realisasi pinjaman kepada usaha industri yang umumnya usaha kecil di daerah pariwisata Bali tersebut ternyata berkurang dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp777 miliar, ini artinya kredit seret selama Mei 2010.
Jika pemerintah mau memfasilitasi pengusaha eksportir dengan kredit ekspor seperti tempo dulu dengan bunga murah, saya yakin realisasi ekspor mata dagangan nonmigas Bali bertambah banyak, tutur pengusaha lainnya Nyoman Sukarta.
Ia yang memperdagangan aneka kerajinan, belum mampu melayani konsumen dari mancanegara secara penuh akibat tidak memiliki dana yang cukup terhadap pesanan dari rekan bisnisnya yang menginginkan barang dalam jumlah pasti.
Aneka kerajinan Bali memiliki pangsa pasar tersendiri di pasar ekspor, sehingga pasti ada saja pesanan yang datang ke Bali, walau pun mendapat persaingan yang ketat dari negara tetangga seperti China, Vietnam dan Malaysia.
Perolehan devisa nonmigas Bali selama lima bulan pertama 2010 tercatat sebanyak 227 juta dolar AS bertambah hingga 21 persen jika dibandingkan periode sama tahun 2009 yang hanya mencapai 187 juta dolar.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010