Denpasar (Antara Bali) - Bali meraup 1,55 juta dolar AS dari devisa sepatu dan sandal pada kurun Januari-Agustus 2014, namun berkurang 2,09 persen dibandingkan 1,58 juta dolar AS perolehan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Selasa mencatat realisasi ekspor alas kaki dari segi volume merosot 28,42 persen dari 280.768 unit pada delapan bupan pertama 2013 menjadi hanya 200.960 unit pada kurun waktu yang sama 2014.
Penurunan volume yang mencapai 28,42 persen sedangkan nilai hanya berkurang 2,09 persen itu menunjukkan harga per satuan alas kaki hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali semakin membaik.
Ekspor alas kaki merupakan salah satu dari enam komoditas hasil industri skala rumah tangga dari Pulau Dewata yang mampu menembus pasaran luar negeri memberikan kontribusi sebesar 0,45 persen dari total ekspor Bali yang mencapai 341,81 juta dolar AS.
Putu Yasa pengusaha kerajinan dan eksportir di Denpasar menjelaskan, lesunya perdagangan sepatu ke luar negeri akibat belum pulihnya kondisi ekonomi pembeli terbesar hasil industri kecil dan kerajinan Bali.
Suasana pasar ekspor masih lesu tidak seperti tiga atau empat tahun silam, walau dalam kondisi krisis ekonomi pemesan masih ramai, sekarang sedikit dan hanya sekedar berproduksi.
Konsumen negara di kawasan Eropa mengalami krisis ekonomi, sedangkan barang kerajinan masyarakat Bali itu hampir 45 persen dijual ke Belanda, menyusul Jerman dan Italia serta sisanya ke sejumlah negara lainnya di belahan dunia.
Ia menjelaskan, konsumen Jerman membeli sekitar 9,5 persen dari seluruh ekspor alas kaki tersebut, Italia hanya mengimpor sekitar 8,2 persen, Amerika Serikat 6,7 persen dan sisanya ke puluhan negara lainnya.
Perdagangan luar negeri khusus sandal jenis antik hasil kerajinan Bali kurang stabil belakangan seperti dikhawatirkan eksportir daerah ini, mengingat situasi ekonomi global kurang bergairah terutama di Eropa dan Amerika.
"Ekspor kami masih lumayan baik terutama perdagangan garmen dan hasil kerajinan lainnya dari berbagai jenis barang antik masih bagus kecuali sepatu dan sendal," kata pengusaha muda tersebut yang menggeluti usaha belasan tahun.
Pasar memang menginginkan mata dagangan yang aneh-aneh, kata dia lagi sambil memperlihatkan sejumlah contoh sandal yang dibuat dari pelepah pisang dan daun lontar pesanan dari Italia dalam jumlah sedikit namun tetap dilayani.
Tidak saja orang asing yang sedang berlibur di Pulau Dewata memburu dompet atau sepatu jenis antik ke toko-toko seni di Bali, wisatawan dalam negeri terutama para remaja putri juga menyenangi barang seperti itu, katanya.
Sektor pariwisata memang besar andilnya dalam mendorong laju ekspor aneka kerajinan ke luar negeri, termasuk alas kaki jenis sepatu kain kombinasi dengan manik-manik yang banyak diproduksi kaum wanita tersebut. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Selasa mencatat realisasi ekspor alas kaki dari segi volume merosot 28,42 persen dari 280.768 unit pada delapan bupan pertama 2013 menjadi hanya 200.960 unit pada kurun waktu yang sama 2014.
Penurunan volume yang mencapai 28,42 persen sedangkan nilai hanya berkurang 2,09 persen itu menunjukkan harga per satuan alas kaki hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali semakin membaik.
Ekspor alas kaki merupakan salah satu dari enam komoditas hasil industri skala rumah tangga dari Pulau Dewata yang mampu menembus pasaran luar negeri memberikan kontribusi sebesar 0,45 persen dari total ekspor Bali yang mencapai 341,81 juta dolar AS.
Putu Yasa pengusaha kerajinan dan eksportir di Denpasar menjelaskan, lesunya perdagangan sepatu ke luar negeri akibat belum pulihnya kondisi ekonomi pembeli terbesar hasil industri kecil dan kerajinan Bali.
Suasana pasar ekspor masih lesu tidak seperti tiga atau empat tahun silam, walau dalam kondisi krisis ekonomi pemesan masih ramai, sekarang sedikit dan hanya sekedar berproduksi.
Konsumen negara di kawasan Eropa mengalami krisis ekonomi, sedangkan barang kerajinan masyarakat Bali itu hampir 45 persen dijual ke Belanda, menyusul Jerman dan Italia serta sisanya ke sejumlah negara lainnya di belahan dunia.
Ia menjelaskan, konsumen Jerman membeli sekitar 9,5 persen dari seluruh ekspor alas kaki tersebut, Italia hanya mengimpor sekitar 8,2 persen, Amerika Serikat 6,7 persen dan sisanya ke puluhan negara lainnya.
Perdagangan luar negeri khusus sandal jenis antik hasil kerajinan Bali kurang stabil belakangan seperti dikhawatirkan eksportir daerah ini, mengingat situasi ekonomi global kurang bergairah terutama di Eropa dan Amerika.
"Ekspor kami masih lumayan baik terutama perdagangan garmen dan hasil kerajinan lainnya dari berbagai jenis barang antik masih bagus kecuali sepatu dan sendal," kata pengusaha muda tersebut yang menggeluti usaha belasan tahun.
Pasar memang menginginkan mata dagangan yang aneh-aneh, kata dia lagi sambil memperlihatkan sejumlah contoh sandal yang dibuat dari pelepah pisang dan daun lontar pesanan dari Italia dalam jumlah sedikit namun tetap dilayani.
Tidak saja orang asing yang sedang berlibur di Pulau Dewata memburu dompet atau sepatu jenis antik ke toko-toko seni di Bali, wisatawan dalam negeri terutama para remaja putri juga menyenangi barang seperti itu, katanya.
Sektor pariwisata memang besar andilnya dalam mendorong laju ekspor aneka kerajinan ke luar negeri, termasuk alas kaki jenis sepatu kain kombinasi dengan manik-manik yang banyak diproduksi kaum wanita tersebut. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014