Denpasar (Antara Bali) - Roberto Gamba, seorang warga negara Italia yang selama ini dikenal mafia "pratima" atau benda-benda sakral akhirnya berjanji akan menyerahkan seluruh koleksi dan barang seni lainnya kepada Aliansi Pelindung Budaya Daerah (APBD) Bali.

Pengacara Roberto Gamba, Yacob Antolis didampingi rekan dekat Roberto Gamba yakni Made Sumarta di Denpasar, Kamis menyatakan berdasarkan surat pernyataan Roberto Gamba yang diserahkan kepada pimpinan dan anggota APBD Bali di Tukad Citarum Denpasar, pada Rabu (1/10).

Menurut Yacob, Roberto Gamba tidak percaya dengan pemerintah ataupun aparat karena banyak barang seni milik Gamba yang dititipkan di instansi pemerintah, namun justru banyak yang hilang dan ditukar.

"Roberto Gamba ada keraguan kepada pihak pemerintah maupun aparat. Seperti dititipkan di Rubasan, banyak Pratima tertukar dan hilang," kata Yacob seperti yang diucapkan Roberto Gamba kepadanya.

Terkait mekanisme dan teknis penyerahan seluruh "pratima" yang dimiliki Roberto Gamba, Yacob mengaku menyerahkan sepenuhnya hal itu kepada pihak APBD.

"Kami sudah berjanji mengundang beliau (Gamba) namun kini dia sedang di Singapura karena ada urusan. Dalam surat peryataan yang dibuat Gamba, semuanya akan diserahkan asal jangan orang per orang," ujarnya.

Koordinator dan penggagas APBD Bali, Ketut Resmiyasa menyambut gembira niat baik Roberto Gamba yang mau menyerahkan seluruh "pratima" dan benda sakral lainnya kepada lembaga yang dipimpinnya.

"Kita masih bergerak on the track dan dijalur yang benar. Kita hanya menampung `pratima` itu, nanti mau diserahkan lagi. Itu kita bahas lebih lanjut," katanya.

Resmiyasa yang didampingi Gusti Ngurah Harta selaku pendiri APBD Bali berharap ke depannya tidak ada pencurian lagi benda-benda sakral sehingga mencoreng serta melemahkan "taksu" (kharisma) magis Bali.

"Keinginan aliansi ini agar `pratima` ditaruh dan dipajang di Museum Bali dengan baik, sehingga bisa menjadi sebuah peristiwa sejarah, pendidikan bagi generasi muda berikutnya," ujarnya.

Ditanya kapan realisasi penyerahan ratusan benda sakral dan seni bersejarah itu, Resmiyasa mengaku dalam waktu dekat dan secepatnnya, pihaknya bersama tim Roberto Gamba akan mendatangi Polda Bali untuk menyelesaikan hal ini.

"Realisasi penyerahan `pratima` berupa benda-benda cagar budaya dan sakral bersejarah itu tergantung kecepatan tim verifikasi bekerja nanti," katanya.

Terkait kecurigaan sejumlah pihak bahwa "pratima" yang akan diserahkan Roberto Gamba akan disalahgunakan seseorang untuk dibisniskan kembali, Resmiyasa menepis keras hal itu dan mengaku tunduk kepada UU 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya.

"Jika negara tidak bisa memenuhi kewajiban, iya kita bangunkan museum. Tapi siapa yang mau. Keinginan kita tetap ditaruh di museum UPT Bali," katanya. (WDY)

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014