Denpasar (Antara Bali) - Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara dan Klik Indonesia menandatangani perjanjian kerja sama di bidang pengembangan konten ilmu teknologi lokal Bali.

Penandatanganan kerja sama ini dilakukan untuk memajukan konten dan produk IT lokal Bali antara Ketua STMIK Primakara I Putu Agus Swastika dan James Tomasouw dari Kekuatan Lokal Internet Konten (Klik) Indonesia, di Denpasar, Sabtu.

"STMIK Primakara sangat bangga dan berbahagia dapat menjalin kerja sama dengan Klik Indonesia dalam pengembangan `technopreneur` mahasiswa dan pelaku pengembang aplikasi dan konten di Bali. Semoga kerja sama ini dapat menjembatani para developer dan kreator produk lokal Indonesia untuk maju dan berkembang bersama dengan memajukan konten atau produk lokal," ujar Agus Swastika.

Agus Swastika mengatakan lewat kerja sama ini diharapkan akan terwujud kemampuan teknologi dan informasi komunikasi (TIK) bangsa yang mandiri dan tidak bergantung pada produk digital asing.

STMIK Primakara, kata Agus, mempunyai visi untuk mencetak lulusan lulusan yang akan menjadi wirausaha berbasis IT (technopreneur). Untuk mewujudkan hal tersebut, STMIK Primakara bekerja sama dengan berbagai komunitas IT di Bali seperti Komunitas Start Up Bali (Subali), komunitas pengembang game (GameDev Bali), dan berbagai komunitas IT lainnya.

"Fase krisis bagi seorang wirausaha adalah pada saat periode awal, oleh karena itu Primakara membentuk inkubator bisnis untuk tempat belajar bisnis mahasiswa. Kita harap bisa mencetak technopreneur andal," ujarnya.

Sementara, James Tomasouw dari Klik Indonesia menjelaskan Klik merupakan singkatan dari Klik Indonesia dibentuk untuk memajukan konten dan produk IT lokal Indonesia agar tidak kalah dengan buatan negara asing.

"Saat ini, 99 persen ekonomi internet di Indonesia dikuasai asing, semuanya, mulai games, web, mobile application, aneka produk IT. Angkanya itu lebih dari Rp70 triliun per tahun, itu angka tahun 2012. Saat ini mungkin sudah lebih," ujarnya.

Keuntungan sebesar itu, kata James, didapat dari berbagai hal, mulai dari ongkos berinternet, iklan, e-commerce, dan hal lainnya yang tidak disadari pengguna internet.

"Jika ditambah film kartun di tv, operator internet yang hampir semuanya asing, nilainya lebih besar lagi, jadi yang menikmati ekonomi internet Indonesia itu asing, hanya 0,01 persen yang dinikmati orang Indonesia. Salah satu contohnya aplikasi whatsup, yang bisa meraup sekitar 25 juta dolar AS per tahun di Indonesia," ucapnya.

Oleh sebab itu, James dan beberapa rekan kemudian menggagas organisasi Klik Indonesia, yang bertujuan mengangkat dunia IT Indonesia, terutama produk dan kontennya.

"Saat ini kita belum memiliki kedaulatan IT. Semuanya masih didominasi asing. Namun setelah berdirinya Klik Indonesia, kini sudah ada konten asli Indonesia yang berhasil, Klik Indonesia sudah berhasil menemukan konten lokal yang bagus," katanya. (WRA) 

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Gede Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014