Denpasar (Antara Bali) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mengintensifkan program unggulan "Ngayah", sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat, pendidikan dan penelitian saat masyarakat desa adat (Pekraman) menggelar kegiatan ritual berskala besar.
"Kegiatan ngayah itu dengan menampilkan kesenian tradisional Bali sebagai kelengkapan kegiatan ritual yang digelar masyarakat desa adat di delapan kabupaten dan satu kota di Bali," kata Rektor ISI Denpasar Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar M.Hum di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, dalam kegiatan sosial itu berinteraksi dengan masyarakat, membantu membangkitkan potensi seni dan memberikan hiburan kepada masyarakat. "Hubungan yang harmonis dengan seluruh masyarakat desa adat di Bali itulah menjadikan lembaga pendidikan tinggi seni itu tidak dipandang sebagai `menara gading` namun menjadi rahmat bagi masyarakat dan semesta alam," ujar Arya Sugiartha.
Kegiatan "ngayah" itu dilakukan secara berkesinambungan, memenuhi keinginan dan harapan masyarakat, karena jauh sebelumnya pengurus (prajuru) bendesa adat sudah mengajukan permohonan agar ISI ikut melengkapi kegiatan ritual itu dengan menampilkan kesenian.
"Ngayah" adalah upaya membantu secara ikhlas untuk kelancaran kegiatan ritual di pura yang digelar masyarakat desa adat di Bali sekaligus melakukan penelitian. Kegiatan itu mampu memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, baik masyarakat maupun lembaga pendidikan tinggi seni.
Arya Sugiartha menjelaskan, ISI Denpasar selama ini menerima permohonan dari sejumlah tokoh desa adat di Bali agar ikut berperanserta dalam menyukseskan kegiatan ritual berskala besar yang akan digelar masyarakat setempat.
Membludaknya permintaan masyarakat terhadap kehadiran mahasiswa ISI Denpasar pada program Kuliah Kerja Nyata (KKN), mengalirnya permintaan pembinaan, sebagai juri dan pembicara dalam berbagai kegiatan seni menjadi bukti nyata kepercayaan dan kecintaan masyarakat terhadap ISI Denpasar, ujar Arya Sugiartha.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kegiatan ngayah itu dengan menampilkan kesenian tradisional Bali sebagai kelengkapan kegiatan ritual yang digelar masyarakat desa adat di delapan kabupaten dan satu kota di Bali," kata Rektor ISI Denpasar Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar M.Hum di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, dalam kegiatan sosial itu berinteraksi dengan masyarakat, membantu membangkitkan potensi seni dan memberikan hiburan kepada masyarakat. "Hubungan yang harmonis dengan seluruh masyarakat desa adat di Bali itulah menjadikan lembaga pendidikan tinggi seni itu tidak dipandang sebagai `menara gading` namun menjadi rahmat bagi masyarakat dan semesta alam," ujar Arya Sugiartha.
Kegiatan "ngayah" itu dilakukan secara berkesinambungan, memenuhi keinginan dan harapan masyarakat, karena jauh sebelumnya pengurus (prajuru) bendesa adat sudah mengajukan permohonan agar ISI ikut melengkapi kegiatan ritual itu dengan menampilkan kesenian.
"Ngayah" adalah upaya membantu secara ikhlas untuk kelancaran kegiatan ritual di pura yang digelar masyarakat desa adat di Bali sekaligus melakukan penelitian. Kegiatan itu mampu memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, baik masyarakat maupun lembaga pendidikan tinggi seni.
Arya Sugiartha menjelaskan, ISI Denpasar selama ini menerima permohonan dari sejumlah tokoh desa adat di Bali agar ikut berperanserta dalam menyukseskan kegiatan ritual berskala besar yang akan digelar masyarakat setempat.
Membludaknya permintaan masyarakat terhadap kehadiran mahasiswa ISI Denpasar pada program Kuliah Kerja Nyata (KKN), mengalirnya permintaan pembinaan, sebagai juri dan pembicara dalam berbagai kegiatan seni menjadi bukti nyata kepercayaan dan kecintaan masyarakat terhadap ISI Denpasar, ujar Arya Sugiartha.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014