Jakarta (Antara Bali) - Koalisi Masyarakat Sipil yang terdiri atas sebanyak 21 lembaga
swadaya masyarakat mendukung agar lembaga survei yang hasilnya saling
berbeda sehingga membingungkan masyarakat Indonesia untuk segera
diaudit.
Siaran pers Koalisi yang diterima di Jakarta, Jumat, menyebutkan, terhadap hasil perhitungan cepat, pihaknya mendukung sikap Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) yang akan melakukan audit atas hasil perhitungan cepat oleh lembaga-lembaga survei.
Koalisi juga menolak segala upaya dan tindakan yang mengarahkan pada situasi rusuh dan kekerasan karena merupakan tindakan antidemokrasi.
LSM juga mengingatkan bahwa masih terdapat potensi kecurangan lanjutan seperti keberpihakan, penggalangan kekuatan tertentu untuk membenarkan konflik horizontal, sehingga diperlukan pemantauan dan pencegahan oleh semua instusi negara terkait.
Selain itu, masyarakat diajak untuk melakukan pemantauan penghitungan dan rekapitulasi suara di setiap tahapan.
Pemerintah juga didesak untuk netral serta KPU dan Bawaslu harus mengawal semua proses hingga akhir perhitungan final dan memastikan tidak ada kecurangan.
Koalisi Masyarakat Sipil terdiri antara lain Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Indonesia Corruption Watch (ICW), Imparsial, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan Indonesia for Global Justice (IGJ).
Data hasil hitung cepat delapan lembaga survei seperti Lembaga Survei Indonesia (LSI), Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Indikator Politik, Populi Center, Center Strategic International Studies (CSIS), Litbang Kompas, Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Polltracking, memenangkan pasangan nomor urut dua, Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Sedangkan data hitung cepat empat lembaga survei; Puskaptis, Indonesia Research Center (IRC), Lembaga Survei Nasional (LSN), dan Jaringan Suara Indonesia (JSI), memenangkan pasangan nomor urut satu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Sementara tiga lembaga survei anggota Persepi yang hasil hitung cepatnya berbeda pada pemilu presiden 2014 tidak menghadiri undangan asosiasi lembaga survei tersebut.
"Saya mengundang langsung Direktur Eksekutif Puskaptis (Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis) serta pimpinan dua lembaga survei juga diundang oleh teman yang lain, tapi mereka tidak hadir," kata Ketua Umum Persepi Nico Harjanto di Jakarta, Kamis (10/7).
Ketiga lembaga survei tersebut adalah Puskaptis, Lembaga Survei Nasional (LSN), dan Jaringan Suara Indonesia (JSI).
Ketua Dewan Etik Persepi Hamdi Muluk mengemukakan, hasil hitung cepat (quick count) mestinya tidak jauh berbeda, meski dilakukan oleh banyak lembaga survei.
"Jika hasilnya berbeda, apalagi selisihnya cukup jauh di antara banyak lembaga survei, kita patut mencurigai lembaga survei yang berbeda tersebut. Bisa saja sample diambil tidak random atau random, tetapi disengaja sehingga persebarannya tidak representatif," ujar Hamdi Muluk di Jakarta, Kamis (10/7).
Kalau pun hasilnya berbeda, menurut Hamdi Muluk, tidak boleh terlalu jauh karena tingkat "margin error" yang normal tidak terlalu jauh, yaitu 1,2 persen untuk sampel sebanyak 2.000 responden dan 0,6-0,7 persen untuk sampel sebanyak 4.000 responden. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Siaran pers Koalisi yang diterima di Jakarta, Jumat, menyebutkan, terhadap hasil perhitungan cepat, pihaknya mendukung sikap Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) yang akan melakukan audit atas hasil perhitungan cepat oleh lembaga-lembaga survei.
Koalisi juga menolak segala upaya dan tindakan yang mengarahkan pada situasi rusuh dan kekerasan karena merupakan tindakan antidemokrasi.
LSM juga mengingatkan bahwa masih terdapat potensi kecurangan lanjutan seperti keberpihakan, penggalangan kekuatan tertentu untuk membenarkan konflik horizontal, sehingga diperlukan pemantauan dan pencegahan oleh semua instusi negara terkait.
Selain itu, masyarakat diajak untuk melakukan pemantauan penghitungan dan rekapitulasi suara di setiap tahapan.
Pemerintah juga didesak untuk netral serta KPU dan Bawaslu harus mengawal semua proses hingga akhir perhitungan final dan memastikan tidak ada kecurangan.
Koalisi Masyarakat Sipil terdiri antara lain Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Indonesia Corruption Watch (ICW), Imparsial, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan Indonesia for Global Justice (IGJ).
Data hasil hitung cepat delapan lembaga survei seperti Lembaga Survei Indonesia (LSI), Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Indikator Politik, Populi Center, Center Strategic International Studies (CSIS), Litbang Kompas, Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Polltracking, memenangkan pasangan nomor urut dua, Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Sedangkan data hitung cepat empat lembaga survei; Puskaptis, Indonesia Research Center (IRC), Lembaga Survei Nasional (LSN), dan Jaringan Suara Indonesia (JSI), memenangkan pasangan nomor urut satu, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Sementara tiga lembaga survei anggota Persepi yang hasil hitung cepatnya berbeda pada pemilu presiden 2014 tidak menghadiri undangan asosiasi lembaga survei tersebut.
"Saya mengundang langsung Direktur Eksekutif Puskaptis (Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis) serta pimpinan dua lembaga survei juga diundang oleh teman yang lain, tapi mereka tidak hadir," kata Ketua Umum Persepi Nico Harjanto di Jakarta, Kamis (10/7).
Ketiga lembaga survei tersebut adalah Puskaptis, Lembaga Survei Nasional (LSN), dan Jaringan Suara Indonesia (JSI).
Ketua Dewan Etik Persepi Hamdi Muluk mengemukakan, hasil hitung cepat (quick count) mestinya tidak jauh berbeda, meski dilakukan oleh banyak lembaga survei.
"Jika hasilnya berbeda, apalagi selisihnya cukup jauh di antara banyak lembaga survei, kita patut mencurigai lembaga survei yang berbeda tersebut. Bisa saja sample diambil tidak random atau random, tetapi disengaja sehingga persebarannya tidak representatif," ujar Hamdi Muluk di Jakarta, Kamis (10/7).
Kalau pun hasilnya berbeda, menurut Hamdi Muluk, tidak boleh terlalu jauh karena tingkat "margin error" yang normal tidak terlalu jauh, yaitu 1,2 persen untuk sampel sebanyak 2.000 responden dan 0,6-0,7 persen untuk sampel sebanyak 4.000 responden. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014