Denpasar (Antara Bali) - Devisa ekspor tekstil dan produk tekstil Bali selama triwulan I-2014 sebesar 35,46 juta dolar AS, mengalami peningkatan 2,25 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, kata Kepala Bagian Humas Pemerintah Provinsi Bali I Ketut Teneng.
"Dari segi volume meningkat 37,45 persen dari 21,67 juta potong (pcs) pada triwulan I-2013 menjadi 29,78 juta potong pada triwulan I-2014," katanya di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan devisa dari ekspor TPT pada triwulan I-2013 tercatat 34,68 juta dolar AS.
Ia mengatakan TPT mampu memberikan kontribusi sebesar 26,68 persen dari total ekspor Bali yang mencapai 132,96 juta dolar AS selama triwulan I-2014, meningkat 8,35 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, 122,71 juta dolar AS.
Matadagangan TPT Bali yang menembus pasaran luar negeri tersebut, antara lain berupa pakaian jadi (busana) yang diminati konsumen mancanegara, baik pria maupun wanita.
"Aneka jenis pakaian itu, dirancang dengan disain yang unik dan menarik, termasuk dipadukan dengan manik-manik sehingga sangat disenangi konsumen," katanya.
Ketut Teneng mengatakan pasaran Amerika Serikat menyerap 19,56 persen ekspor TPT berasal dari Bali, menyusul Jepang 5,52 persen, Singapura 4,47 persen, Australia 8,47 persen, Italia 5,25 persen, dan Spanyol 2,65 persen.
Selain itu, juga menembus pasaran Hong Kong 0,92 persen, Jerman 3,89 persen, dan sisanya 22,28 persen ke berbagai negara di belahan dunia.
Seorang pengusaha eksportir Bali, Ni Nyoman Sukerti, dalam kesempatan terpisah menjelaskan realisasi perdagangan ekspor pakaian jadi hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali saat ini tidak secerah belasan tahun silam.
Namun, katanya, tetap ada saja yang dikirim ke pasaran ekspor, terutama ke Amerika Serikat.
Perdagangan pakaian jadi saat ini, tidak lagi yang terbesar, akan tetapi melorot dari peringkat pertama menjadi ketiga setelah kerajinan kayu dan ikan, termasuk udang.
Cukup banyak pengusaha pakaian di Pulau Dewata saat ini, tidak lagi terlalu bergairah, mengingat pangsa pasar yang semakin berkurang, disamping adanya persaingan ketat dari negara tetangga serta kondisi ekonomi konsumen belum pulih benar.
"Pengusaha pakaian di Bali saat ini banyak berpaling untuk merebut pangsa pasar lokal, hanya untuk bisa bertahan hidup," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Dari segi volume meningkat 37,45 persen dari 21,67 juta potong (pcs) pada triwulan I-2013 menjadi 29,78 juta potong pada triwulan I-2014," katanya di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan devisa dari ekspor TPT pada triwulan I-2013 tercatat 34,68 juta dolar AS.
Ia mengatakan TPT mampu memberikan kontribusi sebesar 26,68 persen dari total ekspor Bali yang mencapai 132,96 juta dolar AS selama triwulan I-2014, meningkat 8,35 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, 122,71 juta dolar AS.
Matadagangan TPT Bali yang menembus pasaran luar negeri tersebut, antara lain berupa pakaian jadi (busana) yang diminati konsumen mancanegara, baik pria maupun wanita.
"Aneka jenis pakaian itu, dirancang dengan disain yang unik dan menarik, termasuk dipadukan dengan manik-manik sehingga sangat disenangi konsumen," katanya.
Ketut Teneng mengatakan pasaran Amerika Serikat menyerap 19,56 persen ekspor TPT berasal dari Bali, menyusul Jepang 5,52 persen, Singapura 4,47 persen, Australia 8,47 persen, Italia 5,25 persen, dan Spanyol 2,65 persen.
Selain itu, juga menembus pasaran Hong Kong 0,92 persen, Jerman 3,89 persen, dan sisanya 22,28 persen ke berbagai negara di belahan dunia.
Seorang pengusaha eksportir Bali, Ni Nyoman Sukerti, dalam kesempatan terpisah menjelaskan realisasi perdagangan ekspor pakaian jadi hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali saat ini tidak secerah belasan tahun silam.
Namun, katanya, tetap ada saja yang dikirim ke pasaran ekspor, terutama ke Amerika Serikat.
Perdagangan pakaian jadi saat ini, tidak lagi yang terbesar, akan tetapi melorot dari peringkat pertama menjadi ketiga setelah kerajinan kayu dan ikan, termasuk udang.
Cukup banyak pengusaha pakaian di Pulau Dewata saat ini, tidak lagi terlalu bergairah, mengingat pangsa pasar yang semakin berkurang, disamping adanya persaingan ketat dari negara tetangga serta kondisi ekonomi konsumen belum pulih benar.
"Pengusaha pakaian di Bali saat ini banyak berpaling untuk merebut pangsa pasar lokal, hanya untuk bisa bertahan hidup," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014