Denpasar (Antara Bali) - Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Dr I Nyoman Astita, MA menilai, Epos Ramayana maupun pertunjukan Ramayana dapat disejajarkan dengan karya tekstual pertunjukan yang berproses pada sistem produksi.
"Epos Ramayana merupakan ekspresi verbal yang diproduksi melalui bahasa puisi dan prosa," kata Dr I Nyoman Astita, dosen Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, pertunjukan Ramayana adalah ekspresi verbal dan nonverbal yang diproduksi melalui gerak (tari), suara (musik), garis dan warna (kriya-rupa), drama (emosi) dan antawacana (narasi) sebagai satu kesatuan.
Gagasan sendratari Ramayana awalnya muncul di sekolah Konservatori Karawitan (Kokar) Bali antara tahun 1964-1965. Sebelumnya Sendratari Ramayana Prambanan tercipta di Jawa Tengah tahun 1961.
Hal tersebut kemudian ditiru dan disederhanakan menjadi Sendratari Ramayana Karya Poedijono di Kokar Bali pada tahun 1964. Sendratari Ramayana Prambanan menginspirasi Pandji untuk mengembangkan sendratari yang memiliki gaya khas kesenian Bali.
Untuk merealisasikan gagasan tersebut Pandji menunjuk I Wayan Beratha (alm) sebagai penggarap sendratari Ramayana tahun 1965. Sendratari Ramayana Bali adalah objek persembahan yang memiliki struktur gagasan (ideal), struktur bentuk dan struktur fungsi sebagai satu kesatuan tekstual yang bersumber dari Epos Ramayana.
Nyoman Astita menjelaskan, dinamika bentuk dan fungsi Sendratari Ramayana di Bali dapat digolongkan ke dalam tiga periode yakni periode awal (1964-1965) proses kelahiran dan pembentukannya sebagai seni sekuler.
Periode pertumbuhan (1965-1979) merupakan kontinuitas dan pertumbuhan yang disertai dengan penambahan adegan-adegan serta mengalami perubahan versi penampilan yang lebih padat dalam rangka Festival Ramayana Nasional (1970) maupun Festival Ramayana Internasional (1971).
Masa pertumbuhan itu juga terjadi perubahan menjadi Ramayana "to Night" sebagai kemasan touristic/turistis di hotel maupun restoran serta periode puncak (1980-1983) merupakan pengembangan secara kolosal dalam rangka Pesta Kesenian Bali.
Transformasi Epos Ramayana ke dalam Sendratari Ramayana di Bali terjalin dalam dimensi trikonis antara seniman, karya dan masyarakat, ujar Nyoman Astita. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Epos Ramayana merupakan ekspresi verbal yang diproduksi melalui bahasa puisi dan prosa," kata Dr I Nyoman Astita, dosen Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, pertunjukan Ramayana adalah ekspresi verbal dan nonverbal yang diproduksi melalui gerak (tari), suara (musik), garis dan warna (kriya-rupa), drama (emosi) dan antawacana (narasi) sebagai satu kesatuan.
Gagasan sendratari Ramayana awalnya muncul di sekolah Konservatori Karawitan (Kokar) Bali antara tahun 1964-1965. Sebelumnya Sendratari Ramayana Prambanan tercipta di Jawa Tengah tahun 1961.
Hal tersebut kemudian ditiru dan disederhanakan menjadi Sendratari Ramayana Karya Poedijono di Kokar Bali pada tahun 1964. Sendratari Ramayana Prambanan menginspirasi Pandji untuk mengembangkan sendratari yang memiliki gaya khas kesenian Bali.
Untuk merealisasikan gagasan tersebut Pandji menunjuk I Wayan Beratha (alm) sebagai penggarap sendratari Ramayana tahun 1965. Sendratari Ramayana Bali adalah objek persembahan yang memiliki struktur gagasan (ideal), struktur bentuk dan struktur fungsi sebagai satu kesatuan tekstual yang bersumber dari Epos Ramayana.
Nyoman Astita menjelaskan, dinamika bentuk dan fungsi Sendratari Ramayana di Bali dapat digolongkan ke dalam tiga periode yakni periode awal (1964-1965) proses kelahiran dan pembentukannya sebagai seni sekuler.
Periode pertumbuhan (1965-1979) merupakan kontinuitas dan pertumbuhan yang disertai dengan penambahan adegan-adegan serta mengalami perubahan versi penampilan yang lebih padat dalam rangka Festival Ramayana Nasional (1970) maupun Festival Ramayana Internasional (1971).
Masa pertumbuhan itu juga terjadi perubahan menjadi Ramayana "to Night" sebagai kemasan touristic/turistis di hotel maupun restoran serta periode puncak (1980-1983) merupakan pengembangan secara kolosal dalam rangka Pesta Kesenian Bali.
Transformasi Epos Ramayana ke dalam Sendratari Ramayana di Bali terjalin dalam dimensi trikonis antara seniman, karya dan masyarakat, ujar Nyoman Astita. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014