Denpasar (Antara Bali) - Kenaikan lima kelompok pengeluaran masyarakat memicu terjadinya inflasi di Kota Denpasar, Bali sebesar 0,13 persen pada April 2014, sementara tingkat nasional pada bulan yang sama terjadi deflasi 0,02 persen.
Ke lima kelompok yang mengalami kenaikan indeks meliputi kelompok kesehatan sebesar 0,98 persen serta perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,72 persen, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Jumat.
Selain itu juga kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,29 persen, kelompok sandang 0,28 persen, serta transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,23 persen.
Sementara dua kelompok pengeluaran lainnya mengalami deflasi yang meliputi kelompok bahan makanan sebesar 1,11 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,09 persen.
Panusunan Siregar menambahkan, kelompok inti pada April 2014 mengalami inflasi sebesar 0,29 persen, komponen administratif 0,04 persen dan kelompok volatile mengalami deflasi sebesar 0,20 persen.
Komoditas yang mengalami peningkatan harga selama April 2014 antara lain tarif kontrak rumah, tarif angkutan udara, daging babi, nasi dengan lauk pauk dan daging ayam ras.
Sedangkan komoditas yang mengalami menurunan harga antara lain beras, kacang panjang, telur ayam ras, cabe merah, cabe rawit, bawang merah serta bayam.
Dengan demikian inflasi di Bali termasuk Denpasar dan Kota Singaraja, bekas ibukota Provinsi Bali sebesar 1,99 persen pada bulan April 2014.
Kondisi pertumbuhan ekononi Bali itu tidak sejalan dengan perkembangan angka nasional yang mengalami deflasi sebesar 0,02 persen dalam kurun waktu yang sama.
Perkembangan inflasi di wilayah Singaraja, Bali utara yang juga merupakan daerah yang didata BPS Bali sebesar 0,16 persen. Bercermin dari kondisi tersebut jika dikomulatifkan angka inflasi Bali mencapai 1,99 persen pada April 2014.
Panusunan Siregar menilai, kondisi perkembangan inflasi Bali itu cukup tinggi dan memperkecil rentan angka inflasi yang ditargetkan pemerintah provinsi Bali 2014 sebesar 5,7persen.
Jika dilihat dari angka kondisi inflasi Bali periode Januari - April 2014 sudah mencapai 2,09 persen. Itu artinya pemerintah provinsi Bali harus mampu meredam harga di pasaran untuk delapan bulan ke depan.
"Dari kondisi inflasi yang ada jika disesuaikan dengan target inflasi Bali, maka hanya memiliki rentang sisa pertumbuhan inflasi sebesar 3,71 persen hingga akhir tahun 2014," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Ke lima kelompok yang mengalami kenaikan indeks meliputi kelompok kesehatan sebesar 0,98 persen serta perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,72 persen, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Jumat.
Selain itu juga kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,29 persen, kelompok sandang 0,28 persen, serta transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,23 persen.
Sementara dua kelompok pengeluaran lainnya mengalami deflasi yang meliputi kelompok bahan makanan sebesar 1,11 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,09 persen.
Panusunan Siregar menambahkan, kelompok inti pada April 2014 mengalami inflasi sebesar 0,29 persen, komponen administratif 0,04 persen dan kelompok volatile mengalami deflasi sebesar 0,20 persen.
Komoditas yang mengalami peningkatan harga selama April 2014 antara lain tarif kontrak rumah, tarif angkutan udara, daging babi, nasi dengan lauk pauk dan daging ayam ras.
Sedangkan komoditas yang mengalami menurunan harga antara lain beras, kacang panjang, telur ayam ras, cabe merah, cabe rawit, bawang merah serta bayam.
Dengan demikian inflasi di Bali termasuk Denpasar dan Kota Singaraja, bekas ibukota Provinsi Bali sebesar 1,99 persen pada bulan April 2014.
Kondisi pertumbuhan ekononi Bali itu tidak sejalan dengan perkembangan angka nasional yang mengalami deflasi sebesar 0,02 persen dalam kurun waktu yang sama.
Perkembangan inflasi di wilayah Singaraja, Bali utara yang juga merupakan daerah yang didata BPS Bali sebesar 0,16 persen. Bercermin dari kondisi tersebut jika dikomulatifkan angka inflasi Bali mencapai 1,99 persen pada April 2014.
Panusunan Siregar menilai, kondisi perkembangan inflasi Bali itu cukup tinggi dan memperkecil rentan angka inflasi yang ditargetkan pemerintah provinsi Bali 2014 sebesar 5,7persen.
Jika dilihat dari angka kondisi inflasi Bali periode Januari - April 2014 sudah mencapai 2,09 persen. Itu artinya pemerintah provinsi Bali harus mampu meredam harga di pasaran untuk delapan bulan ke depan.
"Dari kondisi inflasi yang ada jika disesuaikan dengan target inflasi Bali, maka hanya memiliki rentang sisa pertumbuhan inflasi sebesar 3,71 persen hingga akhir tahun 2014," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014