Buleleng (Antara Bali) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik tak sudi dianggap melakukan kampanye terselubung untuk Partai Demokrat saat meresmikan program listrik perdesaan Provinsi Bali di Desa Sulanyah, Kabupaten Buleleng, Selasa.
"Sekarang saya tidak kampanye. Saya bekerja `ngurusi` listrik. Kampanye saya Sabtu-Minggu saja," kata calon anggota DPR nomor urut 1 dari Partai Demokrat itu.
Jero Wacik tidak menampik foto-foto dirinya dalam ukuran besar terpampang di sekitar Lapangan Seririt, tempat peresmian program listrik perdesaan Provinsi Bali dipusatkan.
"Kalau foto-foto saya banyak, bukan berarti saya kampanye. Saya ke sini untuk meresmikan listrik," kata Sekretaris Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat itu.
Dalam sambutannya, dia memotivasi masyarakat Kabupaten Buleleng untuk mendukung program pemerintah meningkatkan kesejahteraan.
"Sekarang waktunya bangkit karena menterinya kelahiran Buleleng, Gubernurnya orang Buleleng, Wakapolda orang Patemon (Buleleng), Bupati dan Wabup juga pastinya orang Buleleng. Pejabat dan masyarakat harus bersatu untuk memajukan Buleleng," ucapnya dengan nada meledak-ledak.
Sebagai warga Buleleng yang menjadi pejabat negara, Jero Wacik mengaku telah memperjuangkan status rumah sakit di daerahnya menjadi rumah sakit rujukan di Bali.
"Kami bantu Pemkab Buleleng menjadikan rumah sakit rujukan karena bukan hanya warga Buleleng, nantinya warga Karangasem dan Jembrana tidak perlu dirujuk ke Denpasar. Saat Wabup datang ke Jakarta, detik itu pula Ibu Menkes saya telepon agar peningkatan status RSUD Buleleng dipercepat," ujarnya.
Ia prihatin kemajuan sektor pariwisata di Bali tidak diimbangi dengan pemerataan. "Jangan hanya dolar bergemerincing di Bali selatan, sedangkan di utara (Buleleng), timur (Karangasem), dan barat (Jembrana) pengangguran melimpah," tukasnya.
Terkait dipilihnya Buleleng sebagai tempat peresmian program listrik perdesaan karena rasio elektrifikasi di kabupaten berpenduduk terpadat di Bali itu di bawah nasional.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman, menyebutkan bahwa rasio elektrifikasi di Kabupaten Buleleng hanya 70,22 persen, sedangkan secara nasional mencapai 80,50 persen.
"Padahal, kenaikan rasio elektrifikasi di Bali yang mencapai 4,3 persen per tahun melampaui nasional yang hanya 3,5 persen. Oleh karena itu, program listrik desa di Provinsi Bali harus didukung," tuturnya.
Pada tahun anggaran 2013, Kementerian ESDM mengucurkan dana senilai Rp.83,5 miliar untuk program listrik perdesaan di Bali, sekitar 40 persen di antaranya untuk rumah tangga miskin.
Sementara itu, seusai peresmian, Jero Wacik secara spontan menyempatkan diri unjuk kebolehan menabuh kendang bersama para pemain gamelan dari Sekaa (sanggar seni) Santi Budaya, Singaraja, yang memainkan musik pengiring tari-tarian tradisional acara tersebut.
Jero Wacik berkolaborasi dengan Sekaa Santi Budaya memainkan musik tradisional Bali yang biasanya untuk mengiringi tari Baris selama sekitar tiga menit. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Sekarang saya tidak kampanye. Saya bekerja `ngurusi` listrik. Kampanye saya Sabtu-Minggu saja," kata calon anggota DPR nomor urut 1 dari Partai Demokrat itu.
Jero Wacik tidak menampik foto-foto dirinya dalam ukuran besar terpampang di sekitar Lapangan Seririt, tempat peresmian program listrik perdesaan Provinsi Bali dipusatkan.
"Kalau foto-foto saya banyak, bukan berarti saya kampanye. Saya ke sini untuk meresmikan listrik," kata Sekretaris Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat itu.
Dalam sambutannya, dia memotivasi masyarakat Kabupaten Buleleng untuk mendukung program pemerintah meningkatkan kesejahteraan.
"Sekarang waktunya bangkit karena menterinya kelahiran Buleleng, Gubernurnya orang Buleleng, Wakapolda orang Patemon (Buleleng), Bupati dan Wabup juga pastinya orang Buleleng. Pejabat dan masyarakat harus bersatu untuk memajukan Buleleng," ucapnya dengan nada meledak-ledak.
Sebagai warga Buleleng yang menjadi pejabat negara, Jero Wacik mengaku telah memperjuangkan status rumah sakit di daerahnya menjadi rumah sakit rujukan di Bali.
"Kami bantu Pemkab Buleleng menjadikan rumah sakit rujukan karena bukan hanya warga Buleleng, nantinya warga Karangasem dan Jembrana tidak perlu dirujuk ke Denpasar. Saat Wabup datang ke Jakarta, detik itu pula Ibu Menkes saya telepon agar peningkatan status RSUD Buleleng dipercepat," ujarnya.
Ia prihatin kemajuan sektor pariwisata di Bali tidak diimbangi dengan pemerataan. "Jangan hanya dolar bergemerincing di Bali selatan, sedangkan di utara (Buleleng), timur (Karangasem), dan barat (Jembrana) pengangguran melimpah," tukasnya.
Terkait dipilihnya Buleleng sebagai tempat peresmian program listrik perdesaan karena rasio elektrifikasi di kabupaten berpenduduk terpadat di Bali itu di bawah nasional.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman, menyebutkan bahwa rasio elektrifikasi di Kabupaten Buleleng hanya 70,22 persen, sedangkan secara nasional mencapai 80,50 persen.
"Padahal, kenaikan rasio elektrifikasi di Bali yang mencapai 4,3 persen per tahun melampaui nasional yang hanya 3,5 persen. Oleh karena itu, program listrik desa di Provinsi Bali harus didukung," tuturnya.
Pada tahun anggaran 2013, Kementerian ESDM mengucurkan dana senilai Rp.83,5 miliar untuk program listrik perdesaan di Bali, sekitar 40 persen di antaranya untuk rumah tangga miskin.
Sementara itu, seusai peresmian, Jero Wacik secara spontan menyempatkan diri unjuk kebolehan menabuh kendang bersama para pemain gamelan dari Sekaa (sanggar seni) Santi Budaya, Singaraja, yang memainkan musik pengiring tari-tarian tradisional acara tersebut.
Jero Wacik berkolaborasi dengan Sekaa Santi Budaya memainkan musik tradisional Bali yang biasanya untuk mengiringi tari Baris selama sekitar tiga menit. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014