Denpasar (Antara Bali) - Para pegawai perkantoran, baik pemerintah maupun swasta di Bali, libur fakultatif berkaitan dengan Hari Pagerwesi yang dirayakan umat Hindu setempat, Rabu (12/3).
"Pagerwesi merupakan hari kerja biasa, namun Gubernur Bali Made Mangku Pastika memberikan dispensasi atau libur lokal bagi seluruh karyawan yang beragama Hindu untuk melaksanakan rangkaian kegiatan ritual," kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali, I Ketut Teneng di Denpasar, Selasa.
Hari Pagerwesi yang bermakna peneguhan iman dalam ajaran Hindu itu, rangkaian dari Hari Saraswati sebagai hari kelahiran ilmu pengetahuan yang dirayakan Umat Hindu, Sabtu (8/3).
Ia mengatakan dispensasi juga berlaku untuk siswa, mulai sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan kejuruan, hingga perguruan tinggi.
Hari Raya Pagerwesi yang jatuh setiap 210 hari, merupakan salah satu dari 21 hari kerja, sebagai hari libur fakultatif di Bali.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika telah menetapkan 21 hari itu sebagai hari fakultatif terkait dengan berbagai kegiatan ritual keagamaan Hindu di Bali, di samping 15 hari untuk libur nasional dan empat hari cuti bersama selama 2014.
"Libur lokal khusus di Bali itu dimaksudkan agar Umat Hindu dapat melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan dan persembahyangan dengan baik," ujar Teneng.
Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri (IHDN) Denpasar, I Ketut Sumadi mengatakan Hari Raya Pagerwesi merupakan tonggak untuk mengingatkan umat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasa alam semesta, yang dilakukan dengan cara, baik bakti maupun pengorbanan suci, secara tulus (yadnya).
Selain itu, katanya, untuk umat memohon keselamatan, kesejahteraan, dan bimbingan ke jalan yang benar serta mampu menegakkan kebenaran dan kebaikan, sesuai dengan ajaran agama dan hati nurani.
Umat Hindu, katanya, pada Hari Raya Pagerwesi memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasi sebagai "Paramesti Guru", dengan harapan diberikan kekuatan iman, bimbingan, dan perlindungan.
"Dengan demikian ilmu pengetahuan yang telah diturunkan pada Hari Raya Saraswati, penggunaannya dilandasi dengan kesucian, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup umat manusia," katanya.
Ia mengharapkan perayaaan Hari Pagerwesi memperkuat benteng iman umat Hindu.
"Melalui `yoga semadi`, sekaligus dapat mengambil hikmah untuk mengendalikan musuh dalam diri maupun musuh yang berasal dari luar," katanya.
Tata cara pelaksanaan Hari Raya Pagerwesi di Bali disesuaikan dengan tempat, waktu, dan keadaan yang disebut desa, kala, dan patra.
"Yang dilandasi tradisi masing-masing daerah dalam mengenang kembali terhadap kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan)," ujar Ketut Sumadi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Pagerwesi merupakan hari kerja biasa, namun Gubernur Bali Made Mangku Pastika memberikan dispensasi atau libur lokal bagi seluruh karyawan yang beragama Hindu untuk melaksanakan rangkaian kegiatan ritual," kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali, I Ketut Teneng di Denpasar, Selasa.
Hari Pagerwesi yang bermakna peneguhan iman dalam ajaran Hindu itu, rangkaian dari Hari Saraswati sebagai hari kelahiran ilmu pengetahuan yang dirayakan Umat Hindu, Sabtu (8/3).
Ia mengatakan dispensasi juga berlaku untuk siswa, mulai sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan kejuruan, hingga perguruan tinggi.
Hari Raya Pagerwesi yang jatuh setiap 210 hari, merupakan salah satu dari 21 hari kerja, sebagai hari libur fakultatif di Bali.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika telah menetapkan 21 hari itu sebagai hari fakultatif terkait dengan berbagai kegiatan ritual keagamaan Hindu di Bali, di samping 15 hari untuk libur nasional dan empat hari cuti bersama selama 2014.
"Libur lokal khusus di Bali itu dimaksudkan agar Umat Hindu dapat melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan dan persembahyangan dengan baik," ujar Teneng.
Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri (IHDN) Denpasar, I Ketut Sumadi mengatakan Hari Raya Pagerwesi merupakan tonggak untuk mengingatkan umat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasa alam semesta, yang dilakukan dengan cara, baik bakti maupun pengorbanan suci, secara tulus (yadnya).
Selain itu, katanya, untuk umat memohon keselamatan, kesejahteraan, dan bimbingan ke jalan yang benar serta mampu menegakkan kebenaran dan kebaikan, sesuai dengan ajaran agama dan hati nurani.
Umat Hindu, katanya, pada Hari Raya Pagerwesi memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasi sebagai "Paramesti Guru", dengan harapan diberikan kekuatan iman, bimbingan, dan perlindungan.
"Dengan demikian ilmu pengetahuan yang telah diturunkan pada Hari Raya Saraswati, penggunaannya dilandasi dengan kesucian, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup umat manusia," katanya.
Ia mengharapkan perayaaan Hari Pagerwesi memperkuat benteng iman umat Hindu.
"Melalui `yoga semadi`, sekaligus dapat mengambil hikmah untuk mengendalikan musuh dalam diri maupun musuh yang berasal dari luar," katanya.
Tata cara pelaksanaan Hari Raya Pagerwesi di Bali disesuaikan dengan tempat, waktu, dan keadaan yang disebut desa, kala, dan patra.
"Yang dilandasi tradisi masing-masing daerah dalam mengenang kembali terhadap kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan)," ujar Ketut Sumadi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014