Denpasar (Antara Bali) - Bank Indonesia menilai sektor industri pengolahan yang ada di daerah pariwisata Bali mengalami pertumbuhan yang cukup baik selama 2013, yakni menunjukkan peningkatan dari 6,04 persen menjadi sebesar 6,75 persen (yoy).

"Peningkatan tersebut juga dipicu oleh pertumbuhan subsektor industri barang kayu serta industri makanan dan minunan," kata Manajer Peneliti Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah III (Bali-Nusa Tenggara), Ignatius Adhi Nugroho di Denpasar, Sabtu.

Dalam laporan kajian ekonomi regional Bali disebutkan bahwa setelah mengalami perlambatan pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor industri pengolahan kembali mengalami peningkatan pada Triwulan IV-2013.

Pertumbuhan sektor industri meningkat dari 5,59 persen (yoy) pada triwulan III-2013 menjadi 6,40 persen (yoy). Sumbangan sektor industri terhadap perekonomian Bali pun meningkat dari 0,55 persen menjadi 0,63 persen (yoy).

Ia menyebutkan, pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan komponen-komponen utamanya pada subsektor industri non migas, di antaranya industri tekstil, industri barang kayu, serta industri makanan.

Jika ditinjau berdasarkan subsektornya, peningkatan pertumbuhan subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya sejalan dengan pertumbuhan ekspor luar negeri kayu olahan. Nilai ekspor kayu pada triwulan IV-2013 sebesar 14,47 juta dolar AS.

Jumlah perolehan devisa tersebut lebih tinggi jika dibanding dengan nilai ekspor pada triwulan sebelumnya yang sebesar 13,33 juta dolar. Perdagangan hasil usaha industri kecil dan kerajinan tersebut masih menghadapi berbagai hambatan.

Masih relatif kecil perolehan devisa tersebut akibat masih adannya kendala antara lain menurunnya permintaan dari negara tujuan dan berkurangnya pasokan bahan baku seiring dikeluarkannya ketentuan sistem verifikasi legalitas kayu (SLVK).

Kedua hal itu menjadi kendala produksi bagi pengrajin yang mayoritas berskala usaha mikro, kecil dan menengah. Namun demikian, penerapan SVLK diharapkan dapat memberantas illegal logging yang terjadi selama ini.

Laporan itu menyebutkan, sejalan dengan pertumbuhan ekspor kayu, perdagangan pakaian jadi ke luar negeri setelah mengalami kontraksi sejak pertengahan tahun 2012, kembali menunjukkan pertumbuhan positif di triwulan IV-2013.

Pertumbuhan ekspor pakaian jadi meningkat dari kontraksi 10,73 persen menjadi tumbuh positif sebesar 1,79 persen (yoy), dengan nilai ekspor mencapai 21,79 juta dolar dan semua itu sejalan dengan pertumbuhan subsektor industri tekstil.

Namun demikian, pertumbuhan perdagangan luar negeri akan tekstil (raw material kain) sendiri sedikit mengalami perlambatan dari 5,59 persen menjadi sebesar 2,08 persen (yoy), dengan nilai ekspor sebesar 5,59 juta dolar.

Akan tetapi, pangsa ekspor pakaian jadi yang sebesar 80 persen terhadap jumlah ekspor pakaian jadi dan ekspor tekstil mampu mendorong pertumbuhan subsektor industri tekstil, Barang berbahan baku kulit, dan alas kaki. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014